http://www.indonesiafinancetoday.com/read/21579/BI-Rate-Belum-Tentu-Turun
JAKARTA (IFT) - Meski Bank Sentral Amerika, The Federal Reserve, memberikan sinyal menahan suku bunga acuan pada level rendah hingga 2014, Bank Indonesi belum tentu akan menurunkan suku bunga acuan, BI Rate, ke level yang lebih rendah karena mempertimbangkan kondisi dalam negeri.
Hartadi A Sarwono, Deputi Gubernur Bank Indonesia, mengatakan kebijakan bank sentral Amerikan tersebut akan menyebabkan suku bunga global tetap rendah. Namun demikian setiap negara selain memperhatikan kondisi global, juga memiliki pertimbangan kondisi domestik seperti faktor inflasi.
" Negara dengan inflasi tinggi akan sulit meng-adjust dengan suku bunga global. India misalnya masih memiliki masalah inflasi," katanya.
Tentang peluang menurunkan BI Rate pada Februari 2012, masih sangat tergantung dari suku bunga riil yang sangat bergantung pada inflasi. Apabila inflasi turun ruang untuk menurunkan suku bunga acuan cukup besar, namun jika inflasi tinggi maka ruang untuk penurunan suku bunga acuan semakin kecil.
Di sisi lain, cuaca eksterm terjadi saat ini dapat mempengaruhi inflasi. Namun jika stok bahan pangan cukup dan kran impor masih dibuka untuk memenuhi pasokan, maka inflasi dapat diredam. "Pemerintah juga harus menjaga distribusi pasokan, karena ini cukup penting terutama antar pulau," jelasnya.
Juniman, Kepala Ekonom PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BNII), mengatakan ada tekanan inflasi yang tinggi hingga akhir tahun ini yang mulai terjadi Maret. Namun peluang inflasi turun secara year-on-year pada Januari masih ada.
Dengan kondisi seperti ini, Bank Indonesia memiliki peluang menurunkan BI Rate pada Februari, karena mulai Febuari dan seterusnya inflasi akan cenderung tinggi.Meski demikian, Juniman menyarankan Bank Indonesia untuk menahan BI Rate di level 6% pada rapat Dewan Gubernur Februari mendatang.
JAKARTA (IFT) - Meski Bank Sentral Amerika, The Federal Reserve, memberikan sinyal menahan suku bunga acuan pada level rendah hingga 2014, Bank Indonesi belum tentu akan menurunkan suku bunga acuan, BI Rate, ke level yang lebih rendah karena mempertimbangkan kondisi dalam negeri.
Hartadi A Sarwono, Deputi Gubernur Bank Indonesia, mengatakan kebijakan bank sentral Amerikan tersebut akan menyebabkan suku bunga global tetap rendah. Namun demikian setiap negara selain memperhatikan kondisi global, juga memiliki pertimbangan kondisi domestik seperti faktor inflasi.
" Negara dengan inflasi tinggi akan sulit meng-adjust dengan suku bunga global. India misalnya masih memiliki masalah inflasi," katanya.
Tentang peluang menurunkan BI Rate pada Februari 2012, masih sangat tergantung dari suku bunga riil yang sangat bergantung pada inflasi. Apabila inflasi turun ruang untuk menurunkan suku bunga acuan cukup besar, namun jika inflasi tinggi maka ruang untuk penurunan suku bunga acuan semakin kecil.
Di sisi lain, cuaca eksterm terjadi saat ini dapat mempengaruhi inflasi. Namun jika stok bahan pangan cukup dan kran impor masih dibuka untuk memenuhi pasokan, maka inflasi dapat diredam. "Pemerintah juga harus menjaga distribusi pasokan, karena ini cukup penting terutama antar pulau," jelasnya.
Juniman, Kepala Ekonom PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BNII), mengatakan ada tekanan inflasi yang tinggi hingga akhir tahun ini yang mulai terjadi Maret. Namun peluang inflasi turun secara year-on-year pada Januari masih ada.
Dengan kondisi seperti ini, Bank Indonesia memiliki peluang menurunkan BI Rate pada Februari, karena mulai Febuari dan seterusnya inflasi akan cenderung tinggi.Meski demikian, Juniman menyarankan Bank Indonesia untuk menahan BI Rate di level 6% pada rapat Dewan Gubernur Februari mendatang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar