Jumat, 16 September 2011

Stimulus Krisis Awal 2012

JAKARTA-Pemerintah tidak menganggap remeh resesi di Eropa dan Amerika Serikat. Kondisi di dua benua itu perlu dicegah agar tidak berdampak kepada perekonomian Indonesia.


Pemerintah bahkan memperkirakan dampak krisis global kali ini diperkirakan lebih berat dibanding krisis global 2008 silam. "Krisis global sekarang ini bisa lebih berat dibanding 2008," kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro ketika rapat kerja dengan Komisi XI DPR membahas asumsi makro dan kebijakan fiskal 2012, Kamis (15/9).

Hal yang sama disampaikan Menteri Keuangan Agus Martowardojo. “Yang kita perlu soroti adalah kondisi global yang ada itu lebih serius dari yang kita amati dan kita ikuti. Jadi, kami melihat bahwa kalau di Eropa seperti sekarang ini besar sekali pengaruhnya,” kata Agus.

Menurut Agus, dampak tersebut juga akan besar pengaruhnya bagi negara yang bermitra dagang dengan Indonesia atau dengan negara yang berinvestasi di Indonesia. Akhirnya, kondisi global itu bisa berdampak pada negara mitra Indonesia.

Ekspor Indonesia saat ini masih didominasi oleh ekspor bahan baku. “Mengamati yang terjadi di Eropa saat ini, kita sudah memikirkan untuk adanya stimulus yang kita perkirakan akan dilakukan di semester I (2012),” kata Agus.

Saat ini, kata Agus, pihaknya sudah mempersiapkan diri jika terjadi kondisi terburuk berdampak ke Indonesia. Pemberian stimulus itu dengan catatan yang dibayar sesuai dengan yield yang ada di secondary market.

Dengan kondisi sekarang, lanjut Bambang, capital inflow banyak masuk, tapi bukan berarti tidak akan terjadi krisis. Jika kri sis global terjadi, kata Bambang, Indonesia akan kena second round effect atau dampak tak langsung. Hal itu karena negara yang bergantung pada ekspor Indonesialah yang kena krisis.

Ekonom Yanuar Rizky meminta pemerintah tegas mengatur transaksi portofolio yang terjadi di pasar uang Indonesia. Pendisiplinan pasar ini penting dila kukan agar pelemahan rupiah saat ini tak semakin dalam.

Yanuar menyatakan, pelemahan rupiah yang terjadi saat ini bukanlah sesuatu yang mengejutkan. “Hal ini sudah diprediksi sejak lama,” katanya. Sejak benih krisis global yang berasal dari Eropa dan Amerika lahir, negara-negara berkembang dibidik sebagai tempat bagi negaranegara maju yang mengalami krisis untuk mendapatkan keuntungan dan menyokong ekonominya.

Akibatnya, dana asing jangka pendek makin aktif masuk ke Indonesia. “Ka rena tidak bisa masuk ke Sertifikat Bank Indonesia (SBI), mereka akhirnya masuk ke instrumen lain yang da pat diperdagangkan di pasar sekunder,” kata Yanuar.

Karena itu, banyak yang akhirnya masuk ke surat utang negara (SUN) untuk mendapatkan selisih keuntungan yang besar. “Lalu, setelah mereka mendapat kan keuntungan yang me madai, mereka menarik dananya untuk dinikmati,” kata Yanuar.

Kebanyakan investor asing tersebut menarik dana untuk memenuhi kebutuhannya menyelesaikan masalah keuangan mereka. Masalahnya, kebutuhan mereka akan terus bertambah. Jadi, mereka akan terus memperdalam pelemahan rupiah.

Sementara itu, Bank Indonesia menilai, kondisi pelemahan rupiah ini hanya akan berlangsung sementara. Sehingga, tidak perlu ada kepanikan di pasar uang, kata Deputi Guber nur Bank Indonesia, Hartadi.

Menurut Hartadi, secara keseluruhan BI cukup puas melihat perkembangan rupiah pada beberapa waktu ini. ed: firkah fansuri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar