Rabu, 28 September 2011

Pemerintah fokus untuk renegosiasi kontrak gas bumi

JAKARTA. Direktur Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Evita Legowo mengatakan saat ini pemerintah fokus pada upaya renegosiasi kontrak penjualan gas bumi.
Masalah itu memang sedang sangat sensitif, terutama terkait kebutuhan gas bumi di dalam negeri. “Kita sudah melakukan identifikasi hal-hal yang perlu dinegosiasikan ulang, menyiapkan matriks daftar kontrak kerja sama. Hanya memang semua belum didiskusikan lebih detail,” katanya (27/9).

Ia mengakui renegosiasi bukan perkara mudah, apalagi kebanyakan kontrak sifatnya jangka panjang. Dalam hal gas bumi lebih rumit lagi. “Dulu itu kita yang seperti memaksa mereka membeli gas bumi, karena kita enggak mau pakai, sekarang bagaimana? Kalau gas ini kan ada batas waktu maksimum, tidak seperti minyak yang bisa disimpan di tangki,” tambahnya.
Begitu pun, ia mengatakan akan tetap mengupayakan terjadinya renegosiasi dan tentu poin-poin yang dibahas ulang bukan hanya terkait harga. Misalnya kontrak Gas Tangguh ke China, selain harga juga akan dibahas ulang soal jumlah gas bumi yang bisa dikirimkan. Menurutnya, kebutuhan energi dalam negeri tetap harus diperhatikan. Apalagi saat ini kebutuhan energi Indonesia terus meningkat. Kenaikannya sudah mencapai 70 persen.
Saat disinggung soal pengelolaan industri migas yang seperti dikuasai asing, Evita tersenyum. “Memang saat ini operatorship penambangan migas yang dipegang pihak nasional baru 40 persen, tapi kita punya target di tahun 2025 operatorship nasional minimal mencapai 60 persen. Kami mendorong swasta nasional untuk mengambilnya peluang yang ada,” tandasnya.
Tapi ia mengingatkan bahwa perkembangan industri pengelolaan migas tidak bisa semudah membalikkan telapak tangan. Investor yang bermain di dalamnya pun bisa dikatakan terbatas, karena memang sifatnya yang membutuhkan dana besar, teknologi tinggi, dan juga risiko yang besar. Terutama terkait pemanfaatan teknologi. Di bidang teknologi ini, jujur saja Indonesia masih butuh bantuan pihak asing.
Kendati begitu, dari segi sumber daya manusia, seperti disampaikan Evita, perkembangannya cukup positif. Tenaga nasional Indonesia di industri migas saat ini sudah mencapai 90 persen, dan tentu akan terus bertambah besar di masa yang akan datang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar