Selasa, 05 Juli 2011

Risiko Shutdown Amerika Serikat Hanya Pemanasan

Amerika Serikat terhindar dari penghentian operasional pemerintahan (shutdown) karena perdebatan anggaran tahun fiskal 2011 di Kongres.
Namun hal itu belum seberapa jika dibanding masalah yang akan segera terjadi, yaitu perdebatan batas atas utang usulan Paul Ryan, Ketua Komite Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat, untuk mereformasi pemerintahan.

Nasib politik Barack Obama, Presiden Amerika Serikat, dan sebagian besar anggota Kongres bergantung pada hasil perdebatan batas atas utang itu. Ketika perdebatan anggaran tahun fiskal 2011 membahas mengenai dana beberapa miliar dolar Amerika Serikat, tetapi dalam perdebatan batas utang yang dibahas adalah dana sebanyak ratusan miliar dolar Amerika Serikat. Kemudian, usulan Ryan untuk mengubah kontrak sosial yang memerlukan triliunan dolar Amerika Serikat.

Jadi, kehebohan di Kongres yang terjadi beberapa waktu lalu dalam pembahasan anggaran tahun fiskal 2011 hanya sebuah pemanasan atas apa yang akan terjadi. Atau Kongres sudah bisa merasakannya. Perdebatan menaikkan batas atas utang bisa sekali lagi berujung pada pemungutan suara rutin, seperti yang selama ini terjadi.

Untuk saat ini, tidak sulit untuk saling menyalahkan atas ketidaknyamanan yang terjadi saat ini. Lima tahun lalu, ketika pemerintahan masih dipegang Partai Republik, Partai Demokrat menuntut agenda ideologis dan memangkas pendanaan perang di Irak. Partai Republik tidak mengancam akan menghentikan pemerintahan untuk meloloskan usulan anggarannya.

Kali ini, Partai Republik sangat gencar untuk memangkas dana berbagai program yang diusulkan pemerintahan Barack Obama, Presiden Amerika Serikat, seperti program Orang Tua Berencana dan Undang-Undang Udara Bersih.

Pemikiran Bijaksana
Satu-satunya obat mujarab adalah menjelaskan pokok masalahnya secara adil dan transparan. Jika Tea Party dinilai bertanggung jawab terhadap penundaan ratusan ribu pembayaran gaji, melemahkan ekonomi, dan sektor pariwisata terpukul, maka kelompok ini akan berkurang pengaruhnya bulan depan ketika Kongres menaikkan batas atas utang pemerintah.

Hal ini mungkin pemikiran yang bijaksana dari pihak Partai Demokrat. Mereka pasti ingat penghentian pemerintahan pada 1995-1996 sebagai episode yang memastikan terpilihnya kembali Bill Clinton sebagai presiden. Ketika itu, Clinton mengalahkan pesaingnya Newt Gingrich, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat dari Republik. Namun tudingan kesalahan terhadap krisis tersebut ditujukan kepada pihak lain.

Penghentian operasional pemerintahan pertama terjadi dua kali, yaitu selama lima hari pada November 1995 dan selama tiga pekan di saat Natal. Ketika dua kali shutdown tersebut, tingkat popularitas Clinton turun tajam. Sebelumnya, Gingrich menjadi sorotan di media nasional karena mengeluhkan harus turun dari pesawat Air Force One karena kalah dalam perebutan kursi presiden.

Kesulitan Parah
Belajar dari shutdown selama 26 hari di era Clinton, konsekuensi politis dari kejadiah itu lebih besar dibanding pengaruhnya terhadap perekonomian. Berkebalikan dengan klaim Gedung Putih, penghentian operasional pemerintahan sementara tidak akan mengganggu upaya pemulihan. Tetapi, berdasarkan nyaris semua ekonom, bankir, dan pejabat pemerintah bahwa kegagalan menaikkan batas atas utang sebesar US$ 14,3 triliun berarti bencana besar.

Timothy Geithner, Menteri Keuangan, mengatakan bahwa Kongres harus mengambil tindakan sebelum 16 Mei atau dapat berisiko terjadi kesulitan parah terhadap perekonomian Amerika Serikat. Kondisi ini menyerempat bahaya. Kementerian Keuangan punya kuasa untuk menentukan shutdown selama beberapa pekan jika diperlukan. Namun pada awal musim panas, postur politis akan bergejolak.

“Kondisi default di Amerika Serikat tidak bisa dibayangkan,” tulis Geithner kepada para pemimpin Kongres pada 4 April.

Marco Rubio, senator baru dari Florida dan nominasi calon wakil presiden untuk kandidat Partai Republik, memikirkan soal batas atas utang. Dia menolak wacana menaikkan batas atas. Rubio tidak menyebut apa yang bisa dilakukan untuk menghindari default, yaitu memangkas pengeluaran sebesar US$ 738 miliar dalam enam bulan. Anggota kelompok Tea Party pun tidak tahu harus melakukan apa.

Memangkas dana sebesar itu untuk jangka panjang tidak hanya mungkin untuk dilakukan, tetapi juga sangat penting. Itulah sebabnya Paul Ryan mengusulkan rencananya pekan lalu. Dia berhak mendapat pujian atas keberanian dan kepemimpinannya, tetapi bukan karena keseriusannya.

Ryan masih berpegang teguh pada pedoman utama partai terkait pemangkasan pajak. Dia ingin mengurangi rasio pajak hingga 25% yang artinya tidak mendukung upaya pengurangan defisit anggaran. Padahal seharusnya pengurangan defisit adalah tujuan utamanya. Kecuali Anda percaya pada ekonomi dari sisi pasokan, rencana Ryan tidak bisa diaplikasikan.

Rekomendasi dari komisi Simpson-Bowles ditolak oleh kelompok kiri di Partai Demokrat dan bisa menjadi titik awal yang lebih baik untuk pengurangan defisit dramatis. Secara politis, rencana Ryan mengakhiri program Medicare yang cukup populer bagaikan pisau yang diarahkan ke jantung Partai Republik. Pada dasarnya, rencana pemberian voucher versi Ryan tidak akan berarti banyak mengurangi ongkos kesehatan, di sisi lain mengalihkan dana pajak dari kelas menengah kepada kelompok usia lanjut yang membutuhkan.

Saya dengar dari dalam Gedung Putih bahwa setelah shutdown dan perdebatan batas atas utang berakhir, Obama pada akhirnya akan mengusulkan gagasan pengurangan defisit anggaran jangka panjang dan tidak menunggu hingga pemilihan presiden.

Jonathan Alter
Bloomberg News

Tidak ada komentar:

Posting Komentar