JAKARTA - Pemerintah akan terus menggalakkan program revitalisasi industri gula untuk meningkatkan produksi nasional. Program revitalisasi ini, terutama dilakukan dengan membangun sejumlah pabrik gula baru.
Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi mengatakan, revitalisasi industri gula memerlukan tiga dimensi besar. Di antaranya, peningkatan produktivitas tebu, peningkatan rendemen tebu, dan pembukaan lahan baru untuk perkebunan tebu. "Alternatif keempat yang terpenting adalah dengan membangun sejumlah pabrik baru gula," kata Bayu kepada Republika, Senin (4/7).
Bayu menuturkan, saat ini pemerintah tengah mendirikan empat pabrik baru gula. Dua di antaranya berlokasi di Jawa Tengah, sedangkan sisanya akan dibangun di Jawa Timur.
Tak hanya Jawa Tengah dan Jawa Timur, menurutnya, pemerintah juga akan menjajaki kemungkinan untuk membangun industri gula di wilayah Madura. Dia mengungkapkan, di Madura terdapat lahan seluas 50 ribu hektare yang sangat potensial untuk ditanami tebu.
Untuk pembangunan pabrik baru gula ini, terang Bayu, pemerintah telah menganggarkan dana sebesar Rp 6 triliun. "Perkiraannya, butuh biaya investasi berkisar Rp 1,5 sampai Rp 2,2 triliun per pabrik," ungkapnya.
Tahun 2010, lanjut Bayu, pemerintah telah mengalokasikan dana untuk program revitalisasi pabrik gula sebesar Rp 8,7 triliun. Namun, dia menyayangkan masih rendahnya tingkat penyerapan dana tersebut oleh perusahaan perkebunan. Dia mencontohkan, perusahaan seperti PTPN hanya mampu menyerap anggaran Rp 1,4 triliun.
Tak hanya itu, Bayu juga menyoroti rendahnya produktivitas tebu nasional. Dia menyebutkan, produksi tebu Indonesia masih pada kisaran 75-80 ton per hektare. "Seharusnya, bisa mencapai 100 ton per hektare."
Sementara itu, dari segi tingkat rendemen, menurut Bayu, rendemen tebu Indonesia pada 2010 sangat rendah. Kondisi tersebut, jelasnya, diakibatkan oleh faktor perubahan cuaca dan iklim yang ekstrem sepanjang tahun lalu.
Sedangkan, rendemen pabrik hanya berkisar 5-6 persen. Pemerintah menargetkan dengan adanya tambahan pabrik-pabrik gula yang baru, rendemen pabrik bisa ditingkatkan hingga di atas 10 persen.
Dari dimensi pembukaan lahan baru untuk perkebunan tebu, Bayu mengakui, Kementerian Pertanian (Kementan) belum memiliki data pasti, berapa luas areal lahan untuk tanaman tebu. Pasalnya, kata dia, data tersebut dipegang dan dikelola oleh Kementerian Kehutanan.
Dirjen Perkebunan Kementan Gamal Nasir menam bahkan, saat ini baru ada penambahan 25 ribu hek tare lahan untuk perkebunan tebu di Merauke, Papua. Lahan tersebut dimi liki anak usaha Rajawali Corp.
Pemerintah menargetkan, produksi gula dari pabrik yang sudah beroperasi saat ini mencapai 3,57 juta ton pada 2014. Sedangkan, tambahan produksi dari pembangunan pabrik baru sebanyak 2,13 juta ton. Dengan adanya tambahan produksi dari pabrik gula baru ini, target swasembada gula sebesar 5,7 juta ton dapat tercapai pada 2014. c07 ed: nidia zuraya
Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi mengatakan, revitalisasi industri gula memerlukan tiga dimensi besar. Di antaranya, peningkatan produktivitas tebu, peningkatan rendemen tebu, dan pembukaan lahan baru untuk perkebunan tebu. "Alternatif keempat yang terpenting adalah dengan membangun sejumlah pabrik baru gula," kata Bayu kepada Republika, Senin (4/7).
Bayu menuturkan, saat ini pemerintah tengah mendirikan empat pabrik baru gula. Dua di antaranya berlokasi di Jawa Tengah, sedangkan sisanya akan dibangun di Jawa Timur.
Tak hanya Jawa Tengah dan Jawa Timur, menurutnya, pemerintah juga akan menjajaki kemungkinan untuk membangun industri gula di wilayah Madura. Dia mengungkapkan, di Madura terdapat lahan seluas 50 ribu hektare yang sangat potensial untuk ditanami tebu.
Untuk pembangunan pabrik baru gula ini, terang Bayu, pemerintah telah menganggarkan dana sebesar Rp 6 triliun. "Perkiraannya, butuh biaya investasi berkisar Rp 1,5 sampai Rp 2,2 triliun per pabrik," ungkapnya.
Tahun 2010, lanjut Bayu, pemerintah telah mengalokasikan dana untuk program revitalisasi pabrik gula sebesar Rp 8,7 triliun. Namun, dia menyayangkan masih rendahnya tingkat penyerapan dana tersebut oleh perusahaan perkebunan. Dia mencontohkan, perusahaan seperti PTPN hanya mampu menyerap anggaran Rp 1,4 triliun.
Tak hanya itu, Bayu juga menyoroti rendahnya produktivitas tebu nasional. Dia menyebutkan, produksi tebu Indonesia masih pada kisaran 75-80 ton per hektare. "Seharusnya, bisa mencapai 100 ton per hektare."
Sementara itu, dari segi tingkat rendemen, menurut Bayu, rendemen tebu Indonesia pada 2010 sangat rendah. Kondisi tersebut, jelasnya, diakibatkan oleh faktor perubahan cuaca dan iklim yang ekstrem sepanjang tahun lalu.
Sedangkan, rendemen pabrik hanya berkisar 5-6 persen. Pemerintah menargetkan dengan adanya tambahan pabrik-pabrik gula yang baru, rendemen pabrik bisa ditingkatkan hingga di atas 10 persen.
Dari dimensi pembukaan lahan baru untuk perkebunan tebu, Bayu mengakui, Kementerian Pertanian (Kementan) belum memiliki data pasti, berapa luas areal lahan untuk tanaman tebu. Pasalnya, kata dia, data tersebut dipegang dan dikelola oleh Kementerian Kehutanan.
Dirjen Perkebunan Kementan Gamal Nasir menam bahkan, saat ini baru ada penambahan 25 ribu hek tare lahan untuk perkebunan tebu di Merauke, Papua. Lahan tersebut dimi liki anak usaha Rajawali Corp.
Pemerintah menargetkan, produksi gula dari pabrik yang sudah beroperasi saat ini mencapai 3,57 juta ton pada 2014. Sedangkan, tambahan produksi dari pembangunan pabrik baru sebanyak 2,13 juta ton. Dengan adanya tambahan produksi dari pabrik gula baru ini, target swasembada gula sebesar 5,7 juta ton dapat tercapai pada 2014. c07 ed: nidia zuraya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar