Senin, 04 Juli 2011

Ekspor Capai Rekor Tertinggi

JAKARTA - Kinerja ekspor nonmigas Mei 2011 mencapai rekor tertinggi sepanjang tahun ini. Barang-barang industri mendominasi peningkatan ekspor pada bulan Mei tersebut.

Menurut Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan, Deddy Saleh, ekspor nonmigas mencapai rekor baru, yaitu 14,2 miliar dolar AS pada Mei. Angka ini meningkat 38,2 persen dari bulan Mei tahun 2010.

Deddy menyatakan, salah satu yang menggembirakan adalah peningkatan nilai ekspor pada periode ini lebih disebabkan oleh kenaikan volume, bukan oleh kenaikan harga komoditas. "Angka ekspor ini melebihi target pemerintah yang mematok peningkatan hanya 12-15 persen dari tahun sebelumnya," ucap Deddy saat konferensi pers Kinerja Ekspor-Impor Indonesia di bulan Mei 2011, di Jakarta, Jumat (1/7).

Ia menyatakan, selama ini peningkatan nilai ekspor nonmigas sering kali disebabkan kenaikan harga komoditas di tingkat internasional. Namun, kali ini peningkatan jumlah volume justru yang membuat nilai ekspor nonmigas meningkat pesat.

Selain itu, ia menuturkan bahwa ekspor nonmigas ini didominasi barang-barang hasil industri. Hal ini mengindikasikan bahwa industri di Tanah Air mulai bangkit, apalagi dengan digalakkannya program hilirisasi industri.

Total ekspor dari industri selama periode Januari-Mei 2011 mencapai 49,6 miliar dolar AS atau meningkat 36,28 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 36,4 miliar dolar AS . Setelah itu, diikuti komoditas pertanian sebesar 21,27 persen dan ekspor tambang sebesar 16,18 persen.

Salah satu program hilirisasi yang dianggap berhasil menurut Deddy ialah penerapan bea keluar (BK) atas kakao membuat perkembangan industri hilir komoditas tersebut berkembang.

Apalagi, berdasarkan data Kementerian Perdagangan selama periode Januari-April 2011, nilai ekspor biji kakao sudah semakin menurun hingga 21,5 persen, sedangkan peningkatan ekspor kakao olahan mencapai 48,5 persen. "Dengan dibangunnya pabrik-pabrik di Indonesia, penyerapan biji kakao untuk kebutuhan industri di dalam negeri meningkat pesat."

Selain karena bangkitnya sektor industri, peningkatan ekspor juga karena negara tujuan ekspor mulai pulih pascakrisis, baik seperti Jepang yang mengalami krisis setelah gempa dan tsunami, maupun negara-negara di Eropa dan Amerika Serikat yang pulih pascakrisis ekonomi tahun 2008.

Penerapan kesepakatan perdagangan bebas antara Indonesia dan beberapa negara, seperti ASEAN, Korea Selatan, Cina, Jepang, dan India ternyata mampu meningkatkan volume dan nilai ekspor. Pasalnya, dengan adanya kesepakatan tersebut, eksportir menikmati penurunan tarif bea masuk.

"Hampir 58 persen ekspor kita memanfaatkan penurunan bea tarif melalui surat keterangan asal (SKA)," ucapnya. Artinya, dengan menggunakan SKA, tarif bea masuk menjadi amat rendah. ed: firkah fansuri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar