Pupus sudah harapan pemerintah dan bank sentral untuk menjaga laju inflasi 2010 di bawah lima persen. Hingga November saja, laju inflasi sudah hampir mendekati enam persen. Dengan tambahan inflasi Desember, maka hampir bisa dipastikan bahwa laju inflasi 2010 akan melampaui enam persen. “Inflasi November adalah 0,6 persen. Dengan demikian, inflasi year to date sudah 5,98 persen sementara year on year 6,33 persen,” kata Menteri Keuangan Agus DW Martowardojo, kemarin.
Dalam anggaran negara 2010, laju inflasi diasumsikan sebesar 5,3 persen. “Kami awalnya mengajukan proyeksi lima plus minus satu persen. Namun, karena APBN harus menggunakan satu angka, maka ditetapkan 5,3 persen,” kata Agus. Akan tetapi, ternyata perkiraan laju inflasi maksimal enam persen pun sangat mungkin akan terlewati. Sampai akhir 2010, pemerintah memperkirakan laju infl asi sebesar 6,5 persen.
“Ini adalah kondisi yang tidak seperti harapan,” tegas Agus. Gubernur Bank Indonesia (BI) Darmin Nasution mengatakan inflasi 2010 yang di atas sasaran lebih disebabkan oleh gangguan pasokan bahan pangan. Kondisi iklim ekstrem menyebabkan produksi dan distribusi harga pangan tersendat. Akibatnya adalah kenaikan harga.
“Selain itu, tekanan inflasi yang meningkat disebabkan kecenderungan permintaan yang tumbuh lebih cepat dari penawaran. Agregat demand dengan supply tidak seimbang,” kata Darmin. Lalu bagaimana dengan kondisi infasi tahun depan? Dalam anggaran negara 2011, pemerintah memproyeksikan laju inflasi sebesar 5,3 persen. Lagi-lagi asumsi ini diperkirakan meleset. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heriawan mengatakan menjaga inflasi agar tidak melampaui enam persen pada 2011 pun sudah sangat sulit.
“Kalau inflasi tahun depan bisa di bawah enam persen, maka itu merupakan sesuati yang luar biasa. Pada umumnya, prediksi di atas enam persen,” tegasnya. Oleh karena itu, lanjut Rusman, butuh upaya luar biasa untuk menjaga laju inflasi 2011 agar bisa di bawah enam persen. “Banyak pihak menyatakan seharusnya asumsi infl asi 2011 lebih tinggi dibandingkan 2010, dengan pertimbangan tren kenaikan harga bahan pokok.
Hampir semua naik, seiring dengan pemulihan ekonomi dunia,” tegasnya. Ekonom Danareksa Research Institute Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan cukup sulit untuk mempertahankan laju inflasi 5,3 persen pada 2011. “Kami perkirakan inflasi 2011 sebesar 6,2 persen. Namun, sepertinya itu belum cukup untuk menaikkan suku bunga acuan,” ujarnya.
Selain kenaikan harga komoditas, lanjut Yudhi, tekanan inflasi juga akan datang dari faktor harga barang dan jasa yang diatur pemerintah (administered price). Salah satunya adalah kebijakan pengendalian konsumsi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. “Kalau belum ada kesiapan matang, maka kebijakan ini berdampak ke sektor transportasi.
Saat itu terjadi, maka sama dengan kenaikan harga, harus hatihati,” tegas Yudhi. Berdasarkan kajian Danareksa Research Institute, tambh Yudhi, kebijakan pengendalian konsumsi BBM bersubsidi bisa menimbulkan tambahan inflasi maksimal 3,5 persen. “Kalau dampak kebijakan ini tidak bisa diisolasi, maka laju infl asi 2010 bisa mendekati 10 persen,” katanya.
Namun, menurut Yudhi, apabila dampak kebijakan tersebut bisa diisolasi hanya kepada kendaraan pribadi, maka dampak inflasi hampir nol persen. “Oleh karena itu, penerapan program ini harus benar-benar matang,” ujarnya.
aji/E-8
Tidak ada komentar:
Posting Komentar