Dampak Inflasi
JAKARTA—Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menyatakan pemerintah pada 2011 mendatang akan memberi perhatian khusus pada beberapa program seperti ketahanan pangan, ketahanan energi, dan berupaya mengelola kebijakan fiskal dengan mengedepankan prinsip kehati-hatian (prudent). “Kita tidak lagi berada pada program menjaga keberlanjutan fiskal tapi kebijakan fiskal yang prudent,” kata Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas, Armida S Alisjahbana, di Jakarta, Rabu (29/12).
Ia menyebutkan kondisi fiskal sudah lebih baik yang ditunjukkan dengan penurunan rasio utang yang turun hingga mencapai 26 persen. Pengelolaan fiskal yang lebih hati-hati, kata Armida, sebagai tindak lanjut dari kondisi makro ekonomi pada 2010. Bappenas memperkirakan laju inflasi 2010 dalam kisaran 6,3 – 7 persen. “Tantangan kita ke depan adalah menjaga stabilitas makro ekonomi termasuk inflasi,” katanya.
APBN-Perubahan 2010 dan APBN 2011 menetapkan asumsi laju inflasi sebesar 5,3 persen dan ditargetkan sebesar lima plus minus satu persen. Tiga komponen yang menjadi tantangan dalam menjaga laju inflasi menyangkut volatilitas harga pangan, inflasi inti, dan inflasi karena harga barang/ jasa yang ditetapkan pemerintah (administered price). Apalagi, pada pertengahan tahun 2010, terjadi fluktuasi harga pangan terutama harga beras yang disebabkan oleh faktor cuaca dan iklim.
Berkaitan dengan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2011, Armida mengatakan, ada tiga isu khusus yang mendapat perhatian. Tiga isu itu adalah memelihara momentum pertumbuhan, menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, dan pembangunan partisipatif dan sinergis.
Prediksi
Sementara itu, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heriawan memprediksi inflasi pada Desember ini akan berada pada kisaran 0,6 persen atau tidak berbeda jauh dengan angka inflasi November lalu. “November sudah 0,6 persen, mudah-mudahan sekitar (angka) November sudah bagus,” katanya. Menurut dia, inflasi masih akan dipengaruhi oleh tingginya harga komoditas terutama beras dan juga dipicu oleh adanya hari raya Natal serta datangnya tahun baru.
“Beras menjadi faktor dominan untuk inflasi Desember karena beras sifatnya inelastic artinya berapapun harga beras di pasar tetap orang harus beli beras” ujarnya. Selain itu, kenaikan harga komoditas lain seperti cabai merah yang semakin meningkat akhirakhir ini serta minyak goreng yang disebabkan oleh perilaku konsumen juga dapat memengaruhi angka inflasi.
“Kalau cabai, kita bukan saja survei harga, tapi juga teliti perilaku konsumen naik. Kalau harga naik dia kurangin volumenya. Dengan spending yang sama dengan cabai volumenya dikurangi. Tidak berlaku pada beras, berapa pun harga beras kita harus beli,” kata Rusman.
Ant/din/E-9
Tidak ada komentar:
Posting Komentar