Selasa, 05 Oktober 2010

Struktur Ekspor Perlu Perbaikan

JAKARTA (SINDO) – Pemerintah optimistis ekspor nasional akan tumbuh 10% tahun depan,didukung perbaikan ekonomi global.Namun,struktur ekspor perlu diubah ke produk jadi yang bernilai tambah tinggi.

”Barangkali antara 10% pertumbuhan bisa dicapai dari 2010, jika ekonomi dunia terus membaik,” ungkap Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heriawan di Jakarta,kemarin. Realisasi nilai ekspor pada Agustus 2010 yang mencapai USD13,71 miliar menambah optimisme tersebut. Ekspor Agustus 2010 yang menjadi rekor tertinggi itu dinilai sebagai indikasi terus terdongkraknya kinerja ekspor ke depan.

Menurut Rusman, membaiknya kondisi ekonomi global berbanding lurus dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat dunia. Peluang ini, kata dia, yang harus dimanfaatkan untuk terus mendongkrak kinerja ekspor. ”Saya berharap 2011 kalau lihat sinyal dari pertumbuhan ekonomi dunia itu akan lebih baik dari 2010 sehingga kalau ekonomi dunia baik,mereka akan membutuhkan barang-barang impor dari negara lain lebih tinggi, termasuk barang-barang dari Indonesia,” tuturnya.

Namun, Rusman memberikan catatan bahwa hal yang masih harus dikhawatirkan adalah bahwa ekspor barang dari negara ini masih didominasi bahan mentah atau SDA. Dia berharap, ke depan ekspor Indonesia tidak lagi hanya didominasi bahan mentah, tapi juga barang-barang hasil olahan yang memiliki nilai tambah tinggi. ”Ya itulah, kita belum bisa keluar dari perangkap ekspor kita yang masih berdasarkan SDA, ini jadi warning bagi kita semua, bagi pemerintah dan dunia usaha.

Mestinya kita bertahap mulai mengubah struktur ekspor kita ini ke produk-produk yang punya kontinuitas,”paparnya. Senada dengan Rusman,Direktur Perdagangan, Investasi, dan Kerja Sama Ekonomi Internasional Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Bappenas Adhi Putra juga optimistis neraca perdagangan, khususnya ekspor, akan tumbuh signifikan.

”Neraca perdagangan kita periode Januari–Agustus saja sudah USD10,53 miliar. Prediksi World Bank, ekspor kita bisa mencapai 11,2% akhir tahun, kita optimistis bisa terus meningkat,walaupun kemungkinan ada perlambatan nanti di 2011,”kata Adhi. Dia pun sepakat perlunya perubahan secara bertahap atas struktur ekspor Indonesia yang masih berbasis SDA. Secara perlahan, kata dia, pemerintah telah mengupayakan langkah-langkah untuk menggiring ekspor menjadi berbasis industri manufaktur bernilai tambah tinggi.

”Dilihat dari proporsi ekspor kita periode Januari– Juli 2010, sektor industri sudah menyumbangkan 65,3%, sementara pertambangan 16,3% dan migas 14%. Mulai ada pergeseran walaupun masih lamban.Upaya menjadikan ekspor barang produksi yang memiliki nilai tambah terus kita lakukan,”bebernya. Adhi menyebutkan,ada dua hal penting yang menjadi fokus pemerintah untuk meningkatkan ekspor agar lebih berkualitas. Pertama, meningkatkan industri manufaktur.

Kedua, meningkatkan pendistribusian barang produksi. Menurut dia, pendistribusian barang produksi dalam negeri penting. Sebab, selama ini Indonesia masih bergantung pendistribusian melalui Singapura. ”Sebanyak 70% barang kita yang didistribusikan masih via Singapura. Kita mencoba untuk melepaskan ketergantungan agar bisa mengambil nilai tambah untuk pemasukan kita,”ujarnya.

Pengamat ekonomi Mirza Adityaswara mengatakan, ekspor nasional masih tergantung pada harga komoditas. Karena itu, surplus perdagangan pada Agustus, menurut dia, perlu dikaji karena kemungkinan terjadi berkat naiknya harga komoditas. Karena itu,dia minta kenaikan impor juga harus diwaspadai, karena jika harga komoditas turun sementara impor meningkat, neraca perdagangan bisa kembali defisit. ”Nah impornya harus diwaspadai, sebab kalau impor tidak diwaspadai bisa-bisa defisit neraca lagi, yang harusnya jangan,” ujar Mirza. (wisnoe moerti)         

Tidak ada komentar:

Posting Komentar