Senin, 30 Agustus 2010

Muhammad Syafii Antonio Ekonom Islam Indonesia

MUHAMMAD Syafii Antonio lahir di Sukabumi, Jawa Barat, 12 Mei 1965. Nama asli ekonom Islam ini Nio Cwan Chung. Dia adalah WNI keturunan Tionghoa. Sejak kecil mengenal dan menganut ajaran Konghucu, karena ayahnya seorang pendeta Konghucu.

Selain mengenal ajaran Konghucu, Syafii Antonio juga mengenal ajaran Islam melalui pergaulan di lingkungan rumah dan sekolah. Syafii Antonio sering memerhatikan cara-cara ibadah orang-orang Islam.
Syafii Antonio juga sempat memeluk Kristen Protestan dan berganti nama dari Nio Cwan Chung menjadi Pilot Sagaran Antonio. Meskipun demikian, Syafii Antonio tetap ingin memperdalam pengetahuannya tentang Islam. Untuk mengetahui kelebihan Islam daripada agama-agama lainnya, termasuk agama yang dia anut saat itu, Syafii Antonio melakukan studi komparatif dengan pendekatan sejarah, alamiah, dan nalar atau rasional.
Berdasarkan tiga pendekatan itu, hanya Islam yang menurutnya benar-benar agama yang mudah dipahami ketimbang agama-agama lain. Islam mengajarkan ketauhidan dan memiliki kitab suci Al Quran yang penuh mukjizat, baik ditinjau dari sisi bahasa, tatanan kata, isi, berita, keteraturan sastra, data-data ilmiah, dan berbagai aspek lainnya.
Setelah melakukan perenungan untuk memantapkan hati, maka di saat berusia 17 tahun dan masih duduk di bangku SMA, Syafii Antonia putuskan untuk memeluk agama Islam atas bimbingan KH Abdullah bin Nuh al-Ghazali pada 1984.
Keputusan tersebut tentu saja mendapat tantangan keras dari keluarga. Bahkan dia sempat dikucilkan dan diusir dari rumah. Dengan kesabaran dan tetap berprilaku santun terhadap keluarga, akhirnya membuahkan hasil dan tidak lama kemudian ibundanya menyusul menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW.
Kesungguhan Syafii Antonio untuk menjadi muslim kaffah dia tunjukkan dengan mengikuti berbagai diskusi agama Islam dan mempelajari bahasa Arab di Pesantren an-Nidzom, Sukabumi, di bawah pimpinan KH Abdullah Muchtar. Meskipun dia kuliah di ITB dan IKIP, tapi kemudian pindah ke IAIN Syarif Hidayatullah. Itu pun tidak lama karena dia melanjutkan sekolah ke University of Yourdan (Yordania). Selesai studi S1 di Yordania, Ia melanjutkan program S2 di International Islamic University (IIU) di Malaysia, khusus mempelajari ekonomi Islam. Dan kemudian menyelesaikan gelar doktor di bidang perbankan dan keuangan mikro di University of Melbourne tahun 2004 lalu.
Ia sempat bergabung dengan Bank Muamalat, bank dengan sistem syariah pertama di Indonesia. Dua tahun setelah itu, ia mendirikan Asuransi Takaful, lalu berturut-turut reksa dana syariah. Kemudian ia mendirikan Tazkia Group yang memiliki beberapa unit usaha dengan mengembangkan bisnis dan ekonomi syariah yang salah satunya adalah Sekolah Tinggi Ekonomi Islam (STEI) Tazkia. Dedikasinya terhadap perkembangan ekonomi dan perekonomian umat Islam inilah yang membuatnya kini dikenal sebagai salah satu dari sedikit ekonom Islam Indonesia.
Tiga Masalah Besar
Ketertarikannya di bidang ekonomi syariah karena dia melihat umat Islam di dunia termasuk di Indonesia memiliki masalah di bidang itu. "Sebetulnya ada tiga masalah besar yang dihadapi umat Islam. Satu kemiskinan, dua kebodohan, ketiga perpecahan (tidak akur), tetapi tidak akur ini karena berebut proyek, uang, dan pengaruh. Jadi persoalan terbesarnya adalah terkait dengan ekonomi alias kemiskinan. Jadi bagaimana mengatasi masalah kemiskinan itu," ujarnya, saat disambangi Jurnal Nasional di kediamannya, beberapa waktu lalu.
Rektor STEI Tazkia ini menuturkan, penyebab kemiskinan ini juga disebabkan oleh beberapa faktor. Ada kemiskinan yang berakar pada pola pikir atau istilahnya konseptual problem. Tentang mana yang lebih baik antara miskin, sabar, kaya syukur, apa yang dimaksud dengan qonaah, takdir miskin, atau malas tidak mau berjuang, dan lainnya.
Kemudian yang kedua miskin karena masalah teknis, antara lain lack of competence/lack of packaging, lack of marketing, dan lack of financial management. Dan yang ketiga, miskin karena struktural, tidak terlalu mendukung pada small and micro.
"Di mana saya bisa berperan? Ya, minimum dari sisi konseptual dengan buku, seminar, pendidikan, saya mencoba untuk menyelesaikan masalah ini semampunya," kata Ketua Dewan Syariah di Bank Exim, Ketua Dewan Syariah di Bank Mandiri, dan Asuransi Takaful ini.
Menurutnya, Islam itu agama yang siap untuk dites secara hukum, sejarah, ilmu pengetahuan, dan sosiologi. Bahkan secara business and entrepreneurship, secara family system, dan financial system pun Islam siap menjawabnya.
"Jadi, saya melihat seandainya umatnya benar-benar memegang agama ini (ajaran Islam), bisa maju," ujarnya.
Cuma mungkin harus dipisahkan antara dua hal, antara Islam dengan muslim. Kalau kita melihatnya salah, bisa kacau itu. Islam adalah satu agama yang komprehensif, jalan hidup yang lengkap, yang diwahyukan kepada nabi besar Muhammad SAW. n Titiek Handayani/dari berbagai sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar