Jumat, 27 Januari 2012

Saham Rokok Berpotensi Tumbuh

http://www.indonesiafinancetoday.com/read/21297/Saham-Rokok-Berpotensi-Tumbuh

JAKARTA (IFT) – Kinerja saham emiten produsen rokok diproyeksikan tumbuh pada 2012 karena permintaan konsumen terhadap rokok tetap tinggi. Analis mengatakan kinerja fundamental emiten rokok skala besar berpeluang meningkat dengan naiknya harga jual.


Produsen rokok skala besar yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia, yaitu PT HM Sampoerna Tbk (HMSP), PT Gudang Garam Tbk (GGRM), dan PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA). Total kapasitas produksi dari tiga emiten tersebut mencapai 2 miliar batang rokok per tahun dan terkategori dalam produsen rokok golongan I atau skala besar.

Mastono Ali, analis PT CIMB Securities Indonesia, mengatakan kinerja emiten rokok masih berpotensi tumbuh yang ditunjang tingginya permintaan konsumen terhadap rokok. “Emiten rokok tampaknya masih akan mencatat volume penjualan yang tinggi,” kata Mastono.

Berdasarkan kinerja, lanjut Mastono, investor disarankan untuk memperhatikan saham Gudang Garam. Pada 2011 harga saham Gudang Garam naik 55,13% menjadi Rp 62.050 per saham dari Rp 40.000. Hingga akhir 2012, Mastono memprediksi harga saham Gudang Garam bisa mencapai Rp 64.700 per saham dari harga Rp 57.500 pada penutupan perdagangan kemarin.

Sedangkan dua saham produsen rokok besar lainnya, HM Sampoerna dan Bentoel International Investama kurang likuid karena jumlah saham yang beredar di publik kecil. Saham HM Sampoerna 97,95% dikuasai PT Philip Morris Indonesia, publik hanya memiliki 2,05%. Sementara saham Bentoel International Investama dikuasai British American Tobacco sebanyak 99,14%.

Reza Priyambada, Managing Research PT Indosurya Securities, memproyeksikan permintaan rokok pada 2012 akan tetap solid, meskipun bermunculan peraturan daerah yang melarang merokok di lokasi tertentu. Reza mengatakan aturan larangan merokok tersebut hanya mempengaruhi konsumsi rokok di kota besar.

Emiten rokok memiliki kemampuan untuk menggarap basis konsumen di daerah melalui peluncuran produk baru. “Peraturan-peraturan yang membatasi konsumsi rokok kemungkinan hanya dirasakan di kota-kota besar, emiten rokok masih bisa menumbuhkan basis konsumennya di daerah dengan mengeluarkan berbagai varian,” tambah Reza.

Reza memperkirakan harga saham emiten rokok relatif akan tumbuh hingga akhir tahun ini, dengan catatan kinerja fundamentalnya meningkat. Reza menjelaskan harga saham Gudang Garam bisa tumbuh hingga Rp 63.000-Rp 64.000 per saham hingga akhir 2012. Harga saham HM Sampoerna bisa mencapai Rp 44.000 dan harga saham Bentoel International Investama bisa mencapai Rp 920.

Jansen Kustianto, analis PT Sinarmas Sekuritas, mengatakan kenaikan bea cukai rokok akan meningkatkan beban biaya sehingga berpotensi menekan pendapatan jika tidak disesuaikan dengan kenaikan harga jual. “Pemerintah menaikkan bea cukai rokok untuk membatasi konsumsi rokok, terutama generasi yang muda. Ini bisa mempengaruhi permintaan rokok di masa yang akan datang,” kata Jansen.

Penetrasi Pasar
Menurut Departemen Riset IFT, HM Sampoerna pada 2012 akan melanjutkan penetrasi pasar ke segmen rokok mild dengan membidik konsumen menengah ke bawah. HM Sampoerna berupaya mencapai pertumbuhan volume dengan mengeluarkan produk kelas dua atau produk dengan harga jual relatif murah.

Gudang Garam berpeluang menaikkan harga jual pada 2012 untuk menopang pertumbuhan penjualan dan laba perseroan. Perseroan akan tetap mengoptimalkan loyalitas konsumen terhadap produk-produknya.

Bentoel International Investama, produsen rokok yang juga memproduksi mild untuk segmen menengah-bawah berupaya mempertahankan pasar yang mulai turun. Pangsa pasar Bentoel International Investama turun 8,5% pada kuartal I 2011 setelah sempat mencapai 9% pada 2010.

Produsen rokok skala besar umumnya sudah mencapai skala ekonomi dalam memproduksi rokok dan bisa lebih efisien menekan biaya produksi. Ini membuat emiten rokok berskala besar lebih fleksibel menentukan harga jual produk. Produsen skala besar memiliki opsi menaikkan harga jual ketika biaya produksi meningkat.

Ketiga emiten rokok tersebut memiliki akses permodalan yang kuat untuk meningkatkan volume penjualan. Gudang Garam memiliki kas Rp 1,69 triliun per September 2011. Posisi rasio utang kena bunga terhadap ekuitas (DER) perseroan relatif rendah, yakni sebesar 0,27 kali.

Kas HM Sampoerna pada periode yang sama senilai Rp 1,47 triliun yang dapat digunakan untuk kegiatan operasional tanpa meminjam. DER perseroan relatif rendah 0,01 kali. Sementara, Bentoel International Investama memiliki kas sebesar Rp 62,2 miliar dengan DER sebesar 0,93 kali, paling tinggi dibanding dua emiten rokok lainnya. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar