JAKARTA - Porsi pembiayaan small medium enterprises (SMEs)
perbankan syariah mencapai 76 persen dari keseluruhan portofolio. Namun,
besarnya pembiayaan ini dinilai tidak akan menggeser peran Baitul Mal
waa-Tamwil (BMT) yang selama ini membidik pasar mikro.
Total pembiayaan perbankan syariah per September 2011 telah mencapai Rp 94 triliun. Menurut Direktur Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia (BI) Mulya Effendi Siregar, pembiayaan mikro perbankan syariah memiliki pasar tersendiri. “Tidak akan ada rebutan pasar, BMT bisa garap level desa, Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) bisa garap kecamatan, sementara bank umum syariah (BUS) dan unit usaha syariah (UUS) bisa di ibu kota kabupaten,” paparnya, Jumat (11/11).
Kinerja pembiayaan mikro perbankan syariah masih relatif baik. Rasio pembiayaan bermasalah (non performing financing/NPF) masih di level 3,46 persen. Menurut Mulya, NPF pembiayaan mikro lebih rendah dari rasio pembiayaan keseluruhan itu.
Pembiayaan mikro perbankan syariah berperan penting dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat di Indonesia. Hal ini mengingat kontribusi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) mencapai 56 persen dari gross domestic product (GDP). Bisnis ini berpotensi menimbulkan multiplier effect di masyarakat selain telah menyerap 47 persen dari angkatan kerja.
Menurut Deputi Gubernur BI Halim Alamsyah, penyaluran pembiayaan mikro telah menjangkau daerah terpencil. Sebagian besar penyaluran itu dilakukan oleh BPRS dan BMT. Pada semester pertama 2011, telah ada 154 BPRS dengan 299 kantor cabang. Total aset BPRS mencapai tiga triliun rupiah, di mana pembiayaan telah menembus Rp 2,33 triliun. Sementara, jumlah BMT telah mencapai 3.900 unit dengan 5.000 jaringan kantor.
Pihak perbankan juga menargetkan memperbesar penetrasi ke sektor mikro. BRI Syariah, misalnya, menargetkan porsi pembiayaan mikro tumbuh 30 persen dari portofolio pembiayaan pada 2014. Per Oktober 2011, pembiayaan mikro BRI Syariah masih di angka Rp 1,1 triliun dari total pembiayaan sembilan triliun rupiah.
Kinerja pembiayaan mikro, menurut Direktur Utama BRI Syariah Ventje Rahardjo, relatif baik. Rasio pembiayaan bermasalah hanya 0,4 persen. Penetrasi pembiayaan mikro telah menjangkau pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi.
BRI Syariah menargetkan dapat meningkatkan pembiayaan hingga tiga triliun rupiah pada 2012. Sementara itu, posisi aset yang masih Rp 11 triliun pada Oktober 2011 ditargetkan meningkat menjadi Rp 20 triliun pada tahun depan. c01 ed: nidia zuraya
Total pembiayaan perbankan syariah per September 2011 telah mencapai Rp 94 triliun. Menurut Direktur Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia (BI) Mulya Effendi Siregar, pembiayaan mikro perbankan syariah memiliki pasar tersendiri. “Tidak akan ada rebutan pasar, BMT bisa garap level desa, Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) bisa garap kecamatan, sementara bank umum syariah (BUS) dan unit usaha syariah (UUS) bisa di ibu kota kabupaten,” paparnya, Jumat (11/11).
Kinerja pembiayaan mikro perbankan syariah masih relatif baik. Rasio pembiayaan bermasalah (non performing financing/NPF) masih di level 3,46 persen. Menurut Mulya, NPF pembiayaan mikro lebih rendah dari rasio pembiayaan keseluruhan itu.
Pembiayaan mikro perbankan syariah berperan penting dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat di Indonesia. Hal ini mengingat kontribusi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) mencapai 56 persen dari gross domestic product (GDP). Bisnis ini berpotensi menimbulkan multiplier effect di masyarakat selain telah menyerap 47 persen dari angkatan kerja.
Menurut Deputi Gubernur BI Halim Alamsyah, penyaluran pembiayaan mikro telah menjangkau daerah terpencil. Sebagian besar penyaluran itu dilakukan oleh BPRS dan BMT. Pada semester pertama 2011, telah ada 154 BPRS dengan 299 kantor cabang. Total aset BPRS mencapai tiga triliun rupiah, di mana pembiayaan telah menembus Rp 2,33 triliun. Sementara, jumlah BMT telah mencapai 3.900 unit dengan 5.000 jaringan kantor.
Pihak perbankan juga menargetkan memperbesar penetrasi ke sektor mikro. BRI Syariah, misalnya, menargetkan porsi pembiayaan mikro tumbuh 30 persen dari portofolio pembiayaan pada 2014. Per Oktober 2011, pembiayaan mikro BRI Syariah masih di angka Rp 1,1 triliun dari total pembiayaan sembilan triliun rupiah.
Kinerja pembiayaan mikro, menurut Direktur Utama BRI Syariah Ventje Rahardjo, relatif baik. Rasio pembiayaan bermasalah hanya 0,4 persen. Penetrasi pembiayaan mikro telah menjangkau pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi.
BRI Syariah menargetkan dapat meningkatkan pembiayaan hingga tiga triliun rupiah pada 2012. Sementara itu, posisi aset yang masih Rp 11 triliun pada Oktober 2011 ditargetkan meningkat menjadi Rp 20 triliun pada tahun depan. c01 ed: nidia zuraya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar