Selasa, 27 September 2011

Pengusaha Diandalkan Perkuat Ekonomi

MEDAN -- Pemerintah menaruh harapan besar kepada para pengusaha untuk memperkuat ekonomi Indonesia. Perekonomian nasional harus memiliki kekuatan dalam menghadapi pengaruh perekonomian global. Pemerintah mengharapkan peran pengusaha dalam pembangunan infrastruktur.


"Tidak mungkin pemerintah berhasil memperluas ekonomi tanpa Indonesia incorporated, itu artinya dunia usaha kita hadirkan," kata Menko Perekonomian Hatta Rajasa ketika memberi sambutan dalam Pembukaan Rapat Kerja dan Koordinasi Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) ke-23 di Medan, Sumatra Utara, Senin (23/9).

Hatta mengatakan, pemerintah perlu memiliki respons yang tepat dalam menghadapi perekonomian global terkini. Namun, kata Hatta, pemerintah beruntung memiliki mitra seperti Apindo. Keterlibatan pengusaha sangat penting dalam memperkuat perekonomian dalam negeri.

"Kunci menghadapi krisis adalah kita harus bersama-sama," kata Hatta menegaskan. Menurut dia, pemerintah dan pengusaha harus belajar dari krisis pada 2008. Ketika itu, kata Hatta, semua pihak di dalam negeri tercerai berai. Semua pihak cari selamat sendiri-sendiri, sehingga dampak krisis makin terasa.

Dalam menghadapi kemungkinan krisis terjadi lagi, kata Ketua Umum Partai Amanat Nasional ini, pemerintah dan pengusaha harus lebih tangguh menghadapi persoalan ekonomi global. Hubungan yang erat antara pemerintah dan pengusaha harus terus diperkuat ke depan.

"Kita ke depan harus lebih tangguh menghadapi persoalan, karena bagi kita mau tidak mau kita ini terhubung dengan ekonomi global," kata Hatta. Hal itu membuat apa yang terjadi di dunia lain akan berimbas pada kondisi dalam negeri. Karenanya, perlu ada respons yang tepat dengan dukungan pengusaha.

Kalau Cina dan India ikut terkena krisis yang menyebabkan daya beli berkurang, maka berikutnya adalah Indonesia. Inflasi di Cina, sebut Hatta, sudah 6,3 persen yang membuat suku bunga dinaikkan dan manufaktur menurun. Hal ini harus diwaspadai.

Menurut Hatta, Indonesia cukup kuat menghadapi krisis global. Cadangan devisa Indonesia kini sangat besar, yakni 122 miliar dolar AS. Rasio utang menurun 24 persen terhadap produk domestik bruto (PDB), rasio ekspor terhadap PDB sudah turun 26,4 persen. Ketergantungan Indonesia terhadap global semakin kecil, artinya pasar domestik masih kuat.

Ketua Umum Apindo Sofjan Wanandi khawatir Indonesia akan menghadapi situasi yang lebih serius dibanding krisis pada 2008 lalu. Ketika itu, dunia menghadapi masalah finansial yang membuat perusahaan-perusahaan bangkrut dibantu pemerintah.

Pada krisis global saat ini, kata Sofjan, yang mengalami kebangkrutan adalah negaranya. "Kalau ada negara bangkrut, tidak ada yang bisa diselamatkan," kata Sofjan. Krisis yang terjadi di AS dan Eropa akan menjalar ke Indonesia.

Meski, katanya, dampak yang diterima Indonesia tidak secara langsung, tapi perlahan. Dia mengingatkan, saham mulai turun lagi dan membuat perusahaan-perusahaan luar negeri pembeli saham dan Surat Utang Negara (SUN) memilih menyelamatkan usaha di negaranya.

Ekonomi nasional baru merasakan dampaknya pada tahun depan karena menciutnya ekonomi dunia ini berimbas pada penjualan komoditas seperti sawit dan batu bara. Saat ini harga minyak sudah turun, yang akan diikuti turunnya harga-harga yang berhubungan dengan komoditas minyak.

Situasinya akan lebih sulit, sehingga, kata Sofjan, satu-satunya yang bisa menyelamatkan adalah kerja sama pengusaha dengan pemerintah. Ketika krisis pada 1997-1998, pemerintah dan pengusaha kurang berkoordinasi, sehingga terjadi krisis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar