Sabtu, 24 September 2011

Pembiayaan Mikrosyariah Menjanjikan

JAKARTA — Pembiayaan mikro -syariah di Indonesia memiliki poten si yang sangat besar dan menjanjikan. Selain jumlah ma syarakat Muslim yang besar di Tanah Air, penduduk miskin pun akan se lalu muncul dan menjadi sa lah satu alasan mengapa pembiaya an ke sek tor ini layak dikembang kan.

Menurut Head of Research Affairs International Shariah Research Aca -demy for Islamic Finance (ISRA) Ma -laysia, Asyraf Wadji Dusuki, po tensi pengembangan bisnis ini di perbankan Indonesia juga cukup besar. Ia melihat bank di Indonesia cukup unik, karena melakukan pem bia yaan mikro secara langsung de ngan meng -hubungi nasabah individu.

‘’Walau ada beberapa yang menggunakan linkage,’’ katanya saat di -temui Republika dalam International Seminar in Islamic Banking and Finance, Islamic Finance: Toward Archieving Greater Financial In clu -sion, di Jakarta, Kamis (22/9).

Asyraf mengungkapkan perbank -an syariah di Indonesia tetap harus melakukan perbaikan. Untuk fokus ke mikro, sebaiknya perbankan syariah mem buat badan khusus yang memiliki entitas tersendiri untuk menya lurkan pembiayaan ke sektor mikro.

‘’Hal ini membuat pembiayaan ini lebih tergarap optimal,’’ katanya. Konsep baitul mal wat tamwil (BMT) yang dimiliki perbankan bisa menjadi salah satu cara. Lagi pula, menurut Asyraf, untuk menjadi inti bisnis perbankan, pembiayaan ini agak sedikit sulit. Karena, risiko pembiayaan bermasalah yang ada sangat besar dan terbentur regulasi.

Hal senada diutarakan Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Mu -liaman Hadad. Pembiayaan mikro -syariah bisa menjadi salah satu cara untuk mengatasi banyaknya masyara kat miskin yang tidak terjangkau akses ke perbankan.

Namun yang pasti, kata Mulia -man, pembiayaan mikro tidak hanya terkait bagaimana memberi pembia yaan. Tetapi juga, bagaimana mengajari nasabah mikro cara memanfaat kan uang yang didapat dan meng ubah budaya yang kemungkin -an be sar bisa membuat pembiayaan berisiko.

Presiden Direktur Bank Syariah Mega Indonesia, Benny Witjaksono, menuturkan perbankan sudah memberi porsi cukup signifikan pada pembiayaan mikro. Di Agustus 2011, Mega Syariah mencatat pembiayaan mikro sebesar Rp 2,6 triliun dari to -tal pembiayaan Rp 3,35 triliun.

Namun, terdapat sejumlah kendala untuk mengembangkan sektor ini di perbankan syariah akibat aturan yang tidak fleksibel. Di syariah, kata Benny, rekening koran sulit dilakukan beda dengan konvensional yang sederhana. ‘’Lalu, kalau top up limit susah, karena murabahah tidak bo -leh dua kali,’’ paparnya.

Dari segi pasar mikro, Benny juga mengakui terdapat beberapa rintang an yang dihadapi perbankan sya riah. Selain akses yang terbatas, seperti jaringan yang rendah dan minimnya pengetahuan masyarakat, manajemen bisnis nasabah mikro juga lemah.

‘’Bergantung sekali dengan ke -luarga, baik suami, istri, atau saudara dan ada konflik domestik yang memengaruhi,’’ ujarnya. Ketika mo -dal ditambah yang menyebabkan produksi bertambah, nasabah mikro kebanyakan belum siap dengan kom pleksitas bisnis.  ed: firkah fansuri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar