Selasa, 27 September 2011

Jepang pertimbangkan memikul sebagian beban Eropa

TOKYO. Jepang menyatakan akan mempertimbangkan menjadi bagian dari rencana global untuk membantu pemulihan atas krisis Yunani. Namun, Uni Eropa harus memperjelas arah penyelesaian tersebut.
"Jika Eropa memiliki skema penanggulangan krisis yang cukup jelas dan rasional, tidak menutup
kemungkinan Jepang mau berbagi beban yang dipikul Yunani," janji Menteri Keuangan Jepang, Jun Azumi.
Komentar Azumi itu muncul sehari setelah indeks di Bursa Tokyo yaitu Nikkei 225, turun ke titik terendah dalam waktu dua setengah tahun terakhir. Krisis Eropa mulai berimbas ke Jepang dan dikhawatirkan akan menghambat pertumbuhan ekonomi negara tersebut.
Ancaman bagi Jepang
Para analis beranggapan, keinginan Jepang membantu penyelesaian krisis Yunani bersumber dari keinginan negeri matahari terbit ini menjamin kestabilan di kawasan Eropa.
Sebab, Eropa merupakan pasar utama bagi ekspor Jepang. Ada kekhawatiran jika jalan keluar atas krisis utang Yunani tidak segera dipecahkan, hal itu akan mempengaruhi pertumbuhan dan permintaan akan produk Jepang.
"Jika kekacauan ekonomi menyebar dari Eropa ke bagian dunia lain, Jepang tidak akan kebal," jelas Masaaki Kanno dari JP Morgan.
Semakin berkembangnya ketidakpastian di Eropa juga akan membuat para investor kembali ke mata uang yang aman seperti yen.
Hal itu bisa menyebabkan penguatan mata uang Jepang atas dollar Amerika Serikat (AS) dan euro yang pada akhirnya membuat produk Jepang menjadi lebih mahal. Imbasnya, keuntungan perusahaan semakin kecil ketika mereka menukar mata uang asing ke dalam yen.
Kano memprediksi, jika Nikkei kembali merosot secara berulang, perekonomian Jepang bakal ambruk.
"Bank-bank Jepang dan perusahaan asuransi merupakan investor besar di bursa saham. Jika Nikkei terus turun maka akan membawa sistem pasar keuangan ke dalam kekacauan," terang Kano.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar