Sabtu, 17 September 2011

IDB Salurkan Fasilitas Pembiayaan ke BSM


Sefti Oktarianisa

JAKARTA -- Islamic Development Bank (IDB) berencana menyalurkan fasilitas pembiayaan sebesar 25 juta dolar AS melalui PT Bank Syariah Mandiri (BSM). Fasilitas pembiayaan tersebut nantinya akan disalurkan kembali ke sejumlah sektor yang dianggap memiliki dampak pada pertumbuhan pembangunan Indonesia.

Menurut Structured Finance Officer Public Private Partnership Division IDB Said Taufik Ridha, salah satu sektor yang akan diberi pembiayaan, antara lain, usaha kecil dan menengah. "Keterbatasan cabang kami, membuat kami menyalurkan ini melalui BSM," katanya saat ditemui Republika, di sela halal bihalal Asosiasi Perbankan Syariah Indonesia (Asbisindo) di Jakarta, Kamis (15/9) malam.

Said mengungkapkan, kerja sama ini juga merupakan bagian dari rencana IDB untuk mendukung masterplan percepatan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia (MP3EI). Ia menuturkan, selain dengan BSM, pihaknya juga tengah membidik sejumlah sektor publik lainnya.

Namun, Said enggan terlalu jauh menjelaskan. "Yang pasti kami akan fokus ke pendidikan, kesehatan, infrastruktur, jalan tol nasional, dan proyek pembangkit listrik," katanya.

Saat dikonfirmasi pada kesempatan yang sama, Direktur Ritel BSM Hanawijaya membenarkan hal ini. "Itu pembiayaan untuk sektor yang punya dampak sosial besar, seperti untuk peningkatan tenaga kerja dan ekonomi Indonesia," jelasnya.

Hanawijaya menuturkan, kedua belah pihak telah sepakat. Dana yang ada tinggal dicairkan dan akan disalurkan untuk pembangunan industri. Seperti di bidang agrobisnis melalui pabrik kelapa sawit dan kebun karet, di bidang energi dan gas, serta industri perkapalan.

Pembiayaan bakal menggunakan valuta asing dengan akad murabahah (jual beli). Pembiayaan ini memiliki plafon antara Rp 5 miliar hingga Rp 25 miliar dengan tenor memakan waktu lima hingga 10 tahun.

Hanawijaya tak memungkiri situasi ekonomi global yang tak menentu seperti sekarang mungkin dapat memengaruhi pembiayaan ini. Karenanya, pihaknya menerapkan sejumlah batasan.

"Kita tidak ingin terjadi hedging berlebihan ketika ada penurunan mata uang dolar AS dan memengaruhi //non performing financing (NPF atau pembiayaan bermasalah) kita," ujar Hanawijaya. ed: firkah fansuri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar