Selasa, 20 September 2011

Apakah China memerlukan paket stimulus ekonomi?

HONG KONG/BEIJING. Meski memiliki simpanan likuiditas dalam jumlah besar, China diprediksi terkena dampak perlambatan ekonomi global. Beberapa lembaga keuangan pun menyoroti apakah China memerlukan stimulus ekonomi atau tidak.

Deutsche Bank AG memperkirakan, China akan melakukan stimulus ekonomi demi memacu ekonomi. Dana yang akan digunakan oleh pemerintah sebagai stimulus tersebut mencapai 4,65 triliun yuan atau setara dengan US$ 728 miliar.
Alasannya, ekspor China akan terhambat oleh perlambatan permintaan dari negara-negara besar seperti Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Akibatnya, pertumbuhan China diperkirakan menyusut jadi 7,3% di kuartal pertama 2012 dibanding pada kuartal II 2011 yaitu 9,5%. Di satu sisi, negeri tirai bambu ini juga tengah menghadapi angka inflasi yang terus membubung akibat naiknya harga komoditas utama di dunia.
Ekonom Deutsche Bank, Ma Jun dalam riset yang dirilis menilai stimulus ekonomi sudah sangat dibutuhkan oleh rakyat China. Menurutnya, stimulus fiskal akan lebih besar ketimbang stimulus moneter.
Beberapa cara yang bisa ditempuh adalah melalui subsidi barang-barang konsumen dengan cara pembagian voucher, pemotongan biaya listrik dan air serta pemotongan pajak bagi para pengusaha kecil.
"Pemerintah China juga bisa mengalokasikan investasi ke sektor perumahan rakyat dan sarana infrastruktur pertanian," saran Ma.
Namun, Andy Rothman, macro strategist CLSA Asia Pacific Markets menganggap, meski berjuang menghadapi inflasi, China belum membutuhkan paket stimulus ekonomi.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar