Rabu, 21 September 2011

Ancaman Krisis Ekonomi Lebih Berat

JAKARTA - Ancaman krisis ekonomi yang akan dihadapi dunia ke depan akan lebih berat. Sumber krisis kini tidak berasal dari perusahaan, melainkan dari negara itu sendiri.


Demikian dikatakan Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi seusai rapat bersama dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di kantor Sekretariat Negara, Jakarta, Selasa (20/9). “Saya melihat (ke depan) sebagai pengusaha bahwa krisis itu akan sangat berat dibanding 2008,” ujarnya.

Menurutnya, jika melihat krisis 2008 silam, masalah utamanya berasal dari sektor keuangan, yakni berawal dari kebangkrutan perusahaan investasi Lehman Brothers. Sementara itu, saat ini, sumber utamanya berada pada ketidakmampuan negara mengelola keuangan dan pinjaman.  “Perusahaan itu bisa ditutup semua, tetapi kalau negara kan nggak bisa ditutup,” ujarnya.

Sebelumnya, sejumlah negara-negara di Eropa kini sedang terkena dampak krisis ekonomi karena tidak mampu membayar utangnya. Yunani, negara para dewa, itu kini sudah kesulitan untuk membayar utangnya. Bahkan, menurut Sofjan, Yunani sudah termasuk gagal bayar.

“Yunani itu saya pikir tidak bisa bayar. IMF dan Uni Eropa tidak (bisa) membantu dia,” katanya. Krisis tersebut pada akhirnya bisa merembet ke negara-negara lain.

Bukan tidak mungkin dampak krisis ini akan merembet bagi ekspor Indonesia ke luar negeri. Pasalnya, pasar barang Indonesia akan semakin menciut. Untuk itu, Sofjan menyarankan agar sektor pasar domestik harus senantiasa dijaga.

Di sisi lain, pembangunan infrastruktur harus senantiasa didorong. “Kuasai pasar dalam negeri dan kita harus membangun di sini biar rakyat kita tetap bisa kerja,” katanya. Sofjan juga mengakui, dampak krisis di Eropa juga dapat terlihat dari melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar.

Presiden SBY menilai, Indonesia berhasil terhindar dari krisis yang lebih dalam karena kerja sama yang dilakukan semua pihak, termasuk kalangan dunia usaha. “Kalau kita duduk bersama, bila ada masalah, bisa kita mencari solusi,” ujarnya.

Kekhawatiran baru tentang krisis utang Eropa dan pertumbuhan global mendorong penurunan harga minyak pada Senin waktu setempat (Selasa pagi WIB).

Sementara itu, kekhawatiran default (gagal bayar) Yunani berakibat tidak hanya kepada pasar keuangan, tetapi juga harga minyak. Kontrak utama minyak mentah jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) di bursa New York untuk pengiriman Oktober, merosot 2,26 dolar AS per barel menjadi ditutup pada 85,70 dolar AS per barel.

Di London, minyak mentah jenis Brent North Sea untuk pengiriman November ditutup jatuh 3,08 dolar AS menjadi 109,14 dolar AS per barel. ed: zaky al hamzah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar