Stop Warisan Defisit Fiskal Untuk Generasi Mendatang
Kantor Anggaran Kongres baru saja merilis proyeksi fiskal tahunan jangka panjang. Di situ ditunjukkan, dengan perhitungan sederhana, bahwa defisit fiskal pemerintah yang sebenarnya warisan untuk anak-anak kita, sudah membesar selama setahun belakangan.
Defisit fiskal menunjukkan perbedaan antara semua pengeluaran pemerintah yang terencana dengan pajak di masa depan. dengan memasukkan semua pengeluaran, termasuk program rutin, defisit fiskal tidak membedakan antara kewajiban pengeluaran resmi dan tidak resmi.
Faktanya, klasifikasi pemerintah mengenai kewajiban seperti pembayaran bunga sebagai pengeluaran wajib sementara yang lain sebagai tidak resmi adalah permainan pelabelan tanpa dasar teori ekonomi. Ini adalah strategi dari politisi yang sudah digunakan selama puluhan tahun untuk menutupi kebenaran besarnya utang Amerika Serikat.
Berapa besar defisit fiskal kita? Berdasarkan estimasi saya menggunakan data dari Kantor Anggaran Kongres, defisit sebesar US$ 211 triliun. Ini jumlah yang sangat besar dan setara dengan 14 kali Produk Domestik Bruto. Untuk mendapatkan angka itu, saya mengasumsikan pengeluaran nonbunga tahunan, juga pajak, akan tumbuh 2% per tahun hingga 2075, di titik akhir estimasi Kantor Anggaran Kongres.
Defisit Membesar
Defisit fiskal tahun lalu sebesar US$ 205 triliun, dengan nilai tukar dolar Amerika Serikat saat ini. Jumlah itu bertambah US$ 6 triliun. Sebaliknya, perhitungan pemerintah terhadap utang resmi yang dimiliki publik sebesar US$ 10 triliun, atau lebih besar US$ 850 miliar dibanding angka tahun lalu, setelah disesuaikan dengan inflasi. Untuk itu, defisit ril yang perlu kita khawatirkan adalah defisit resmi yang lebih besar enam kali lipat dari US$ 850 miliar.
Dengan kata lain, Kongres dan pemerintahan Presiden Barack Obama bisa menyepakati anggaran berimbang, menjadikan defisit resmi tahun ini nol, dan utang akan tetap naik sebesar US$ 5,15 triliun.
Apa arti tambahan US$ 5,15 triliun? Kantor Anggaran Kongres kini memproyeksikan pajak yang lebih kecil untuk masa depan. Namun alasan utama adalah satu tahun ke depan kita harus membiayai 78 juta baby boomer rata-rata US$ 40 ribu per tahun lewat tunjangan Keamanan Sosial, Medicare, dan Medicaid. Karena defisit fiskal adalah discounted present value, maka waktu satu tahun berarti besar.
Posisi Buruk
Posisi fiskal Amerika Serikat begitu buruk sehingga begitu kentara. Tahun lalu, Kantor Anggaran Kongres memproyeksikan bahwa utang resmi pemerintah Amerika Serikat akan melampaui 90% terhadap Produk Domestik Bruto tahunan pada 2021. Tahun ini, Kantor Anggaran Kongres memproyeksikan 2018 adalah tahun kritis. Proyeksi yang lebih cepat tiga tahun ini memburuk hanya dalam 12 bulan. Termasuk utang lembaga federal dengan departemen lain, seperti utang Kementerian Keuangan kepada The Federal Reserve, yang jumlahnya sudah melampaui 90%.
Mengapa 90% adalah ambang batas kritis utang terhadap Produk Domestik Bruto? Karena dua ekonom ternama, Ken Rogoff dari Harvard dan Carmen Reinhart daru Peterson Institute for International Economics, mempelajari catatan sejarah dan menemukan bahwa negara-negara yang melampaui ambang batas ini menghadapi tingkat pertumbuhan yang rendah.
Rogoff dan Reinhart adalah akademisi yang berpengaruh, tetapi saya mengambil isu dengan analis mereka. Seandainya mereka ingin membuat rangkaian rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto untuk setiap negara dalam sample mereka dengan menggunakan konvensi pelabelan alternatif, mereka harus menentukan ambang batas berbeda. Rogoff dan Reinhart bisa menentukan ambang batas berapapun sebagai nilai kritis, bergantung pada label yang digunakan.
Label Berbeda
Fakta bahwa pemerintah memilih kata-kata tertentu untuk membedakan penerimaan dan pembayaran tidak menghalangi pihak lain menggunakan paket label masing-masing dan membuat rangkaian waktu historis untuk defisit. Contohnya, saya bisa menyebut kontribusi FICA sebagai pinjaman, bukan pajak, serta memberi label satu porsi kontributor tunjangan Keamanan Sosial dan Medicare sebagai pengembalian pokok ditambah bunga. Voila! Defisit resmi tahun lalu sebesar 15%, bukan 10% terhadap Produk Domestik Bruto.
Ambang batas 90% utang terhadap Produk Domestik Bruto penting karena Rogoff dan Reinhart menganggap serius pelabelan fiskal pemerintah dan mengajak berbagai pihak untuk menganggap 90% sebagai ambang batas.
Sekali lagi, defisit fiskal yang dihitung berdasarkan horizon yang tak terbatas, adalah hanya ukuran solvabilitas fiskal. Dan pesannya sangat jelas. Kita tidak bangkrut pada 2021 atau pada 2018. Kita tidak bangkrut ketika ukuran utang resmi melebihi ambang batas. Kita bangkrut sekarang, karena defisit utangnya sangat besar.
Karena aliran kas pemerintah tidak didefinisikan dengan baik, tidak ada pembedaan label antara kebijakan fiskal jangka panjang dan jangka pendek. Hanya ada nilai sekarang (present value) dari jalur kebijakan dari proyeksi penerimaan, tanpa melihat labelnya. Akibatnya, sebutan masalah fiskal jika adalah jangka panjang oleh beberapa politisi ternama dan kita masih punya waktu untuk memperbaikinya secara ekonomi tidak logis. Waktu mungkin masih mendukung kita, tetapi jelas bukan untuk anak-anak kita.
Keteraturan Fiskal
Apa yang perlu dilakukan agar fiskal kita teratur? Satu jawaban adalah menaikkan seluruh pajak, seperti pajak penghasilan pribadi, pajak pendapatan korporasi, dan pajak-pajak lain, secepatnya dan permanen sebesar 64%. Opsi lainnya adalah memangkas pengeluaran nonbunga sebesar 40%.
Sebagai alternatif, jika kita menunggu 20 tahun untuk mengubah kebijakan, angka kenaikan di atas menjadi 77% dan 46%. Jika kita menunggu 40 tahun ke depan, hingga semua baby boomer memperoleh tunjangan mereka, angka kenaikan pajak dan pemangkasan anggaran belanja sebesar 93% dan 53%.
Jadi, semakin lama kita menunggu untuk mengatasi masalah ini, semakin besar biaya yang harus dibayar oleh anak-anak kita, baik dengan pajak lebih tinggi atau tunjangan yang lebih kecil. Ini adalah dilema besar dan tantangan moral bagi generasi kita.
Defisit fiskal yang membesar menegaskan keyakinan. Sengaja atau tidak, kita sudah menempatkan anak-anak kita di kuburan bahaya ekonomi. Perlindungan terhadap mereka harus menjadi prioritas utama kita. Pemimpin kita, jika mereka benar-benar peduli terhadap anak-anak, harus berhenti bermain kata-kata.
Mereka harus melupakan utang “resmi”, lupakan soal defisit “resmi”, lupakan soal batas atas utang “resmi”, dan mulai menetapkan kebijakan untuk menghilangkan defisit fiskal, kebijakan yang jauh dari apa yang menjadi pertimbangan. (*)
Artikel asli berjudul :
Stop the Fiscal War Against
Our Children Now
Tidak ada komentar:
Posting Komentar