Sabtu, 30 Juli 2011

Pemerintah waspadai krisis utang si Paman Sam

JAKARTA. Pemerintah yakin krisis utang Amerika Serikat (AS) bila berlarut tidak akan berdampak berarti ke perekonomian nasional. Yang paling akan terasa jika memang persoalan utang AS itu tidak bisa diselesaikan, hanyalah di sektor perdagangan saja.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Bambang Brojonegoro bilang AS pun kini sudah bukan lagi mitra dagang yang utama bagi Indonesia. Karena sudah tersebar ke negara lain. "Jadi tidak sampai membuat ekonomi kita kolaps," ujar Bambang, kemarin.
Ia juga meyakini porsi surat utang atau treasury bills (T-Bills) milik AS yang dibeli Indonesia tidak besar efeknya, bila peringkat utang AS default. Sebab, porsi kepemilikan Indonesia atas T-Bills relatif kecil.
Menurut Bambang, negara-negara yang akan kena dampak besar dari default utang AS adalah mereka yang memiliki T-Bills dalam jumlah banyak. Seperti China yang banyak memborong T-Bills.
Toh begitu, pemerintah tetap mewaspadai krisis utang AS tersebut. Paling tidak tiga hal yang menjadi perhatian pemerintah. Pertama, ekspor Indonesia ke AS sudah pasti akan terganggu. Kedua, aliran investasi langsung atau foreign direct investment (FDI) dari AS sedikit terganggu. Dan ketiga, arus modal asing jangka pendek (hot money) makin banyak mengalir ke Indonesia.
Arus hot money itu memang akan membuat kurs rupiah makin kuat. Tapi sisi lain, akan membuat gelembung ekonomi atau pertumbuhan ekonomi yang tidak alamiah. "Itu yang harus dijaga. Selain itu kami mengantisipasi pembalikan modal mendadak (sudden reversal)," ujar Bambang.
Menteri Keuangan Agus Martowardojo menambahkan, semua negara tak mengharapkan peringkat utang AS jatuh hingga ke level gagal bayar (default).
Tapi ia yakin, AS akan bisa mengatasi masalah yang mereka hadapi. "Saya yakin akan ada titik temu sehingga tidak berdampak buruk terhadap Amerika dan dunia,” ujarnya.
Pengamat ekonomi UGM Anggito Abimanyu juga tak yakin krisis utang AS bakal berlarut dan tidak akan menjadi sumber krisis baru dunia. Ia optimistis, Pemerintah AS dan Konggres AS akan mencapai kesepakatan soal usulan kenaikan plafon utang AS.
Pemerintah AS dan Konggres memiliki waktu sampai 2 Agustus nanti untuk mencapai kesepakatan. Banyak yang khawatir, bila tak ada lampu hijau dari Konggres AS, efek krisis utang AS akan menjalar ke seantero jagat.
Maklum produk domestik bruto (PDB) AS saat ini mencapai sekitar US$ 15 triliun, atau setara 25% perekonomian dunia yang berkisar US$ 60 triliun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar