JAKARTA: PT Pertamina EP, anak usaha PT Pertamina (Persero), mengawali kegiatan operasi pada 2011 dengan melakukan penajakan tiga sumur di Sengon Wetan, Sangattam, dan Tanjung Semeuntoh.
Presiden Direktur Pertamina Salis S. Aprilian menyebutkan peresmian tiga sumur dilakukan tepat pada 1 Januari 2011.
Adapun ketiga sumur tersebut adalah sumur KLJ-1A di lokasi eksporasi Kalijati, Desa Sengon Wetan, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan (Jawa Tengah), serta 2 sumur eksploitasi masing-masing ST-801 di lokasi Sangatta, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur, dan RNT-DZ-4 di desa Kebun Tanjung Semeuntoh, Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang(Sumatra Utara) .
"Ini adalah komitmen eksplorasi Pertamina EP untuk mendukung perolehan cadangan baru sehingga dari setiap barel minyak maupun setiap kubik gas yang yang diproduksikan harus dapat digantikan dengan temuan baru ekplorasi dalam jumlah yang sama atau melebihi," ujarnya, hari ini.
Sumur ST-801 yang akan ditajak sebagai sumur ST-184, memiliki rencana kedalaman hingga 1.350 m TVD (True Vertical Depth), yang akan menembus formasi batupasir group Q, formasi Balikpapan. Pada rencana kerja 2011, Field Sangatta akan melakukan pengeboran sembilan sumur eksploitasi dan dua sumur eksplorasi.
Pada pengeboran sumur RNT DZ-4, akan ditajak sebagai sumur P-405, menembus kedalaman 1.030 m TVD (True Vertical Depth), dengan perkiraan produksi 130 BOPD.
Pertamina EP tahun ini merencanakan kegiatan pengeboran eksplorasi sebanyak 24 sumur, dan 112 sumur pengeboran eksploitasi, dengan target produksi minyak 2011 sebesar 132.000 BOPD, dan produksi gas 1.095 MMscfd, serta target penemuan cadangan migas 190 MMBOE (yang terdiri atas temuan cadangan minyak 49 MMBO, dan gas 855 BCFG).
Secara terpisah, Manager Humas Pertamina EP Agus Amperianto berharap dukungan dari para stakeholders yang terkait dengan permasalahan perizinan dan pembebasan lahan untuk mewujudkan target tersebut. Dia memberi contoh untuk kawasan tertentu, seperti WK pertambangan, kehutanan, perkebunan dan sumber daya alam yang cukup rumit dan memerlukan waktu cukup lama.
"Selain itu ada kesulitan dalam upaya mempercepat pembebasan lahan, serta proses perizinan bahan peledak yang kadang memerlukan waktu cukup lama, seperti yang terjadi di Region Sumatra beberapa waktu lalu," tuturnya. (aph)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar