JAKARTA. Mata uang dollar Amerika menujukkan pelemahan terhadap euro selama dua hari terakhir. Sementara, dollar juga sudah keok terhadap yen selama sembilan hari berturut-turut. Pun demikian halnya dengan rupiah di mana dollar sudah melemah selama tiga hari bertuturut.
Iwan Cahyo Suryadi, analis First State Futures mengatakan sebagai patokan mata uang, kinerja dollar Amerika tahun ini banyak dipengaruhi penuntasan masalah krisis. Dia bilang salah satu masalah utama Amerika yang belum bisa teratasi dengan baik adalah data pengangguran. Rilis data Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat menujukan angka pengguran turun sebanyak 22.000 menjadi 432.000 pada akhir minggu (26/12), ini adalah tingkart pengguran terendah sejak Juli 2008.
Menurutnya euro, masih terus bermasalah dengan krisis yang meluas dari Yunani, Irlandia dan kekuatiran penyebaran krisis ke negara di zona Euro, misalnya saja Spanyol. Analis Askap Future, Wahyu Tribowo Laksono, menambahkan kinerja euro di tahun 2010 juga dibebani oleh penurunan rating di sejumlah negara di zona Euro.
Sedang untuk rupiah menurut Iwan tahun ini masih bergerak stabil yang terlihat dari selisih antara nilai tukar tertinggi dan harga terendahnya tidak memiliki perbedaan yang jauh. Sekedar mengingatkan, rupiah dalam poisisi terendah pada nilai tukar pasangan IDR/USD Rabu(27/1) senilai 9.428, sedang posisi tertinggi pada Rabu (10/11) senilai 8.890.
Proyeksi 2011
Nico Omer Jonckheere, Vice President Research PT Valbury Asia Futures bilang pada tahun 2011 mendatang dollar Amerika memiliki kecenderungan untuk melemah. “Federal Reserve menginginkan dollar Amerika untuk tetap lemah,” katanya. Menurut Nico dengan melemahnya dollar Amerika, ekspor Amerika akan lebih bisa bersaing di pasar Global dan membantu perekonomian Amerika. Selain itu dia bilang dengan dollar Amerika yang lemah, maka pembayaran pembayaraan hutang Amerika akan dibayar dalam nilai yang lebih kecil.
Federal Reserve akan mengelontorkan dana quantitative easing tahap 2 (QE2) senilai US$ 600 miliar, stimulus tersebut membuat pasokan dollar AS makin berlimpah di pasar, dan menekan nilai tukar mata uang tersebut. Federal Reserve telah membeli obligasi pemerintah AS senilai US$ 114,1 miliar sejak 12 November 2010, melalui program quantitative easing periode kedua (QE-2). Pada periode pertama (Maret 2010), The Fed telah menggelontorkan dana US$ 1,17 triliun.
Namun Iwan memiliki perhitungan lain, dia bilang pada semestar 1-2011, kinerja dollar Amerika akan membaik. Sebab meski pertumbuhan ekonomi Amerika tidak terlalu bagus, namun menurutnya kebijakan Presiden Amerika Serikat Barrack Obama yang lebih banyak berkosentrasi pada sektor riil akan membantu pemulihan ekonomi Amerika. Misalnya saja seperti potongan pajak, dan suku bunga bank yang dijaga tetap rendah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar