NEW YORK. Posisi dollar kian keok jika berhadapan dengan teman satu grupnya di Australia, Selandia Baru, dan Kanada. Pasalnya, lonjakan harga komoditas memicu peningkatan permintaan mata uang di negara-negara pengekspor bahan baku.
"Dengan kenaikan harga komoditas, beberapa investor berpikir kondisi terburuk bagi Selandia Baru sudah berakhir. Alasan mengapa kami melihat penguatan di mata uang negara pengekspor komoditas adalah karena pergerakan harga komoditas bergerak dengan sangat baik," jelas Kathy Lien, director of currency research GFT Forex di New York.
Sekadar catatan, pada pukul 16.00 waktu New York, dollar melemah 0,5% menjadi US$ 1,0093 per dollar Australia dari posisi US$ 1,0046 kemarin. Dollar juga melemah 1,1% menjadi 75,83 sen per dollar Selandia Baru dan melemah 0,7% menjadi 99,98 sen Kanada.
Selain itu, mata uang AS ini juga melemah ke level terendah dalam enam minggu atas yen seiring data ekonomi Negeri Uwak Sam yang baru saja dirilis menunjukkan adanya penurunan yang melampaui prediksi. Dollar keok 1,2% menjadi 81,82 yen, level paling lemah sejak 12 November.
Sementara, jika berhadapan dengan euro, dollar menguat 0,4% menjadi US$ 1,3119 per euro setelah sebelumnya menyentuh US$ 1,3275 yang merupakan level paling lemah sejak 17 Desember lalu.
Catatan saja, Reuters/Jefferies CRB Index atas bahan baku naik 0,7%. Sedangkan kontrak harga emas untuk pengantaran Febuari naik US$ 24,01 menjadi US$ 1.407,80 di Comex New York.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar