Selasa, 05 Oktober 2010

Gelombang Penghematan Eropa Jadi Ancaman

LONDON (SINDO) – Ekonom peraih nobel Joseph Stiglitz memperingatkan upaya penghematan yang dilakukan negara-negara Eropa bisa menjadi penyebab adanya resesi baru.

Laporan AFP yang mengutip Sunday Telegraph menyebutkan, Stiglitz menilai masa depan nilai tukar euro akan tergantung pada peningkatan prospek ekonomi di Eropa.Peraih Nobel Ekonomi pada 2001 silam itu menambahkan,kondisi Spanyol yang sedang berjuang melawan pelemahan ekonomi juga bisa menjadi pemicu krisis. ”Sejalan dengan kekhawatiran banyak negara yang memangkas belanjanya secara prematur, permintaan global secara agregat akan lebih rendah dan pertumbuhan akan melambat dan mungkin mengarah ke double dip recession.

Kekhawatiran ini bisa juga menghantam Amerika,” kata Sunday Telegraph mengutip buku terbaru Stiglitz ”Freefall”. Dia menggambarkan, nilai tukar euro bisa menjadi eksperimen jika dibiarkan tanpa upaya perbaikan dari ke-16 pengguna mata uang euro. Khusus untuk Spanyol, Stiglitz yang pernah menjadi penasihat ekonomi mantan Presiden AS Bill Clinton memperingatkan bahwa pemangkasan belanja justru akan mempercepat Negeri Matador menuju perlambatan ekonomi.

”Spanyol akan memasuki penurunan spiral seperti yang dirasakan Argentina pada satu dekade lalu,”ujarnya. Pada laporan lain, Instituto de Credito Official kemarin menyatakan tingkat kepercayaan konsumen Spanyol pada September lalu menurun ke level 72,8 poin dari bulan sebelumnya 74,9 poin. ”Kami mencurigai dampak positif setelah euphoria menjadi Piala Dunia sudah menghilang.

Konsumen kini fokus kembali pada masalah ekonomi dan keuangan Spanyol,”ujar analis IHS Global Insight Raj Badiani. Dia menambahkan, konsumen rumah tangga telah memperlihatkan rasa pesimisme tentang masa depan ekonomi dan pembangunan sistem keuangan. Kekhawatiran terhadap upaya penghematan Eropa juga sempat menggangu konsentrasi para pengambil kebijakan di Amerika Serikat (AS). Pejabat Departemen Keuangan AS pekan lalu mendesak Eropa mengambil kebijakan yang tepat dalam upaya mengurangi defisit anggaran. (AFP/yanto kusdiantono)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar