JAKARTA – Prospek PT Bank Negara Indonesia Tbk untuk jangka menengah dan panjang diproyeksikan membaik. Apalagi, perseroan berkode saham BBNI ini segera akan melakukan penerbitan saham baru terbatas (right issue).
“Untuk jangka pendek mungkin akan terkoreksi, tetapi setelah right issue bisa bagus kembali,” kata Satrio Utomo, pengamat pasar modal, di Jakarta, kemarin. Keyakinan tersebut ditopang oleh kinerja perseroan yang terus bertumbuh positif.
“Apalagi jika melihat hasil dana right issue yang akan digunakan untuk keperluan ekspansi kredit dan akusisi,” jelas Satrio.
Sedikit kekhawatiran muncul dari wacana perusahaan untuk melakukan divestasi BNI Securities, namun hal itu tidak akan membawa dampak yang signifikan. Sebab, secara price book value (PBV), BNI masih berada di kisaran 2,2 - 2,3 atau relatif baik.
Sedangkan teknikalnya, price earning ratio (PE Ratio) efek BNI berada di angka 14 atau masih lebih rendah dari konsensus pasar yang terpancang di posisi 15.
Untuk jangka menengah, BBNI diperkirakan masih bisa naik dengan level support pada angka 3.775 rupiah per saham.
Sementara untuk level resistance, nilainya ditargetkan masih tumbuh hingga posisi 4.000 rupiah per saham. BBNI akan melakukan penerbitan 3.376 miliar lembar saham baru terbatas dengan rasio 9:2.
Pada aksi tersebut, kepemilikan saham pemerintah akan terdilusi 18 persen dan menargetkan perolehan dana mencapai 10 triliun rupiah.
Akhir pekan lalu (1/10), saham BNI ditutup pada harga 3.675 rupiah per saham atau bergerak stagnan. Frekuensi transaksi tercatat 1.240 kali, dengan volume perdagangan 13.982.000 lembar saham senilai 51,69 miliar rupiah.
ayi/E-8
Tidak ada komentar:
Posting Komentar