Sabtu, 28 Agustus 2010

Pinjaman LN Terserap 51%

JAKARTA (SINDO) – Data Laporan Kinerja Pelaksanaan Pinjaman Proyek Luar Negeri (LKPPPLN) TriwulanII/2010 Direktorat Pendayagunaan Pendanaan Pembangunan Kementerian PPN/Bappenas menyebutkan,pinjaman luar negeri sudah terserap sekitar 51%.


“Dari total 174 proyek yang sedangberjalan (on going) sejak 2005-2010dengan nilai USD20,86 miliar,kami mencatat penyerapan secarakumulatif sebesar 51% atau sekitarUSD10,7 miliar,” ungkap DirekturPendayagunaan PendanaanPembangunan Bappenas BennySetiawan di Jakarta kemarin.Nilai total pinjaman tersebutterdiri atas delapan pinjaman programsenilai USD2,6 miliar, 140pinjaman proyek senilai USD13,6miliar, dan 26 pinjaman proyekyang di-SLA-kan dengan nilai mencapaiUSD4,5 miliar.Benny mengatakan,setiap tahun pemerintah selalumenetapkan target tahunanpenyerapan pinjaman.

Realisasi penarikan pada tahun anggaran periodeJanuari-Juni 2010 mencapaiUSD1,5 miliar atau sekitar 40,3%.Jika dibandingkan dengan periodeyang sama tahun sebelumnya,penarikan tahun ini terbilanglebih tinggi. Penarikan pada periodeyang sama pada 2009 hanya24,7%. “Target penarikan kitatahun ini sekitar USD3,8 miliar,”katanya.Benny memaparkan, delapan pinjaman program senilai USD2,6miliar sudah 100% terealisasi.Pinjamantersebut bersumber dariBank Dunia untuk satu program senilaiUSD600 juta, Bank PembangunanAsia (Asia DevelopmentBank/ADB) untuk satu programsenilai USD1 miliar, dan Japan InternationalCooperation Agency(JICA) untuk enam program senilaiUSD1,04 miliar.

Sementara 140 pinjaman proyeksenilai USD13,6 miliar baruterealisasi 44,2% atau sekitarUSD6,04 miliar dan ditargetkantahun ini mampu menyerapUSD2,4 miliar. Dari target tersebut,nilai pinjaman proyek yangsudah terealisasi tahun ini barumencapai USD899 juta atau36,2%. Pinjaman proyek berasaldari Bank Dunia untuk 21 proyeksenilai USD2,7 miliar,ADB untuk23 proyek senilai USD1,07 miliar,JICA untuk 37 proyek denganpinjaman senilai USD5,4 miliar,lembaga multilateral lainnya untuk15 proyek dengan pinjamanmencapai USD535 juta, lembagabilateral lainnya untuk 18 proyekdengan pinjaman mencapaiUSD1,02 miliar, dan FasilitasKredit Ekspor (FKE) untuk 26proyek senilai USD2,85 miliar.

“Setiap dilakukan evaluasitriwulan, kita selalu mendorongagar fasilitas pinjaman dimaksimalkan penyerapannya agar kedepan tidak ada lagi pinjaman proyekyang dibatalkan atau masukkategori mengalami keterlambatan,”tegas Benny.Sementara dari 26 pinjamanproyek yang di-SLA-kan senilaiUSD4,4 miliar secara kumulatifpenarikannya baru mencapaiUSD2,05 miliar atau sekitar 45,2%.Target penyerapan pinjaman proyekyang di-SLA-kan tahun ini senilaiUSD858 juta, tapi baru terealisasisekitar USD204,7 jutaatau sekitar 23,85%.

Pinjaman iniberasal dari Bank Dunia untuk duapinjaman senilai USD221 juta,ADB untuk tiga proyek dengan pinjamansebesar USD401 juta, JICAuntuk 13 proyek dengan nilaiUSD3,4 miliar, dan lembaga multilateralatau bilateral lainnya.Pengamat ekonomi UniversitasGadjah Mada Tony Prasetiantono mengatakan,pinjaman atau utangluar negeri diperbolehkan asalkan memenuhi beberapa kriteria. Pertama,pemerintah sanggup membayar.Kedua, dialokasikan untukpembangunan yang memiliki efek pengganda (multiplier effect). Ketiga,pengalokasiannya harus diawasiketat agar tidak memicutindak pidana korupsi.

“Defisit tinggi salah satunyaditutupi dengan pinjaman atauutang luar negeri.Pinjaman diperbolehkanuntuk mendorong pertumbuhanekonomi melalui penyediaanproyek infrastrukturyang mampu menyerap banyak tenagakerja,”ungkap Tony.(wisnoe moerti)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar