Jumat, 27 Agustus 2010

Pemerintah Waspadai Inflasi Lebaran

Jakarta -- Pemerintah mewaspadai inflasi September akibat kenaikan harga bahan kebutuhan pokok menjelang Lebaran. Soalnya, "Kebutuhan bahan pokok biasanya meningkat sepekan menjelang Lebaran," kata Menteri Keuangan Agus Martowardojo di Jakarta kemarin.

Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia, ujar Agus, akan betul-betul bekerja sama agar inflasi terkendali. Pemerintah berusaha mengendalikan angka inflasi dengan menjaga persediaan bahan pokok. Saat ini, kata Agus, pemerintah menjamin ketercukupan bahan-bahan itu. "Ancaman inflasi karena kekhawatiran atau reaksi masyarakat terhadap stok pangan perlu disikapi dengan baik," ujarnya.
Kepala Badan Pusat Statistik Rusman Hermawan sebelumnya memperkirakan inflasi Agustus berkisar 1 persen. Adapun inflasi Juli bisa sampai 1,57 persen. Sedangkan laju inflasi tahunan hingga Juli sekitar 6,5 persen. Dia mengatakan kenaikan harga beras berhenti pada level yang cukup tinggi.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa menyatakan stok pangan hingga akhir tahun masih aman. Pemerintah bakal terus menggelar operasi pasar untuk menstabilkan harga pangan, terutama beras, yang cenderung naik menjelang akhir tahun lantaran ada beberapa hari raya besar keagamaan, seperti Idul Fitri dan Natal.
Menurut Hatta, berdasarkan Angka Ramalan III, pertumbuhan produksi beras diperkirakan meningkat dari sebelumnya 1,17 persen menjadi di atas 2 persen. "Tetap saja kita harus melakukan langkah antisipasi dalam menjaga stok pangan mengingat iklim yang berubah dan tak menentu," katanya.
Menteri Pertanian Suswono menambahkan, ramalan cuaca menunjukkan curah hujan terus tinggi di akhir tahun. "Curah hujan tinggi hingga Februari tahun depan. Kami akan memanfaatkan percepatan masa tanam," ujarnya. Ia memperkirakan, selama musim panen Agustus dan September, produksi beras 2 juta ton.
Khusus untuk terigu, pemerintah juga menjamin persediaan bakal cukup. Harga produk turunan terigu pun tak mengalami kenaikan. "Kami mencermati kenaikan harga terigu dunia karena Rusia yang menutup keran ekspor, diikuti Turki serta beberapa negara lain," kata Hatta.
Meski pasokan aman hingga akhir tahun, Suswono mengingatkan bahwa produksi gula diperkirakan turun 200 ribu ton dibanding bulan sebelumnya. Curah hujan yang cukup tinggi beberapa waktu terakhir menyebabkan rendemen produksi gula turun. Pemerintah mewaspadai stok gula Januari-April tahun depan karena rentang waktu tersebut bukan termasuk musim giling.
Dalam soal persediaan daging sapi, pemerintah saat ini melakukan retaksasi atau penghitungan ulang jumlah produksi, yang hasilnya akan diketahui akhir Agustus. Menurut Hatta, saat ini harga di tingkat peternak cukup stabil. Pemerintah mengupayakan agar persediaannya tidak didominasi oleh daging sapi impor.EVANA DEWI | ANTON WILLIAM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar