JAKARTA: Ekonom Central for Information and Development Studies (Cides) mengingatkan ketidakpastian pemulihan ekonomi negara maju bisa menjadi ancaman bagi perkembangan ekspor Indonesia.
Ekonom Central for Information and Development Studies (Cides) Umar Juoro mengatakan dari sisi pengeluaran pertumbuhan ekonomi 2010, ekspor memang memberikan sumbangan yang besar dengan pertumbuhan 14,8%. Namun, kinerja ekspor itu masih lebih rendah dari pertumbuhan impor yang mencapai 17,7%.
"Pemulihan ekonomi dunia memberikan pengaruh positif terhadap ekspor Indonesia. Namun, dengan masih tidak pastinya keberlanjutan pemulihan ekonomi di negara maju, sebagaimana diperlihatkan oleh pelemahan perkembangan ekonomi dan masih tingginya pengangguran, perkembangan ekspor ini dapat terancam," ujarnya dalam acara paparan ekonomi-politik Cides, hari ini.
Menurut dia, ekonomi negara maju saat ini rata-rata digerakkan oleh stimulus fiskal. Jika mayoritas negara maju mengikuti langkah Pemerintah Inggris memangkas defisit anggarannya, dia mengingatkan pemulihan ekonomi tidak akan muncul, sebaliknya justru memperburuk ekonomi global.
"Kebijakan AS untuk infus ekonominya dengan stimulus itu tepat karena kita tahu kepercayaan swasta belum pulih," ujar Umar. Akan tetapi dari sisi aliran modal, lanjutnya, muncul risiko arus modal keluar yang patut diwaspadai. Pasalnya, rating obligasi negara maju lebih menjanjikan ketimbang rating obligasi Indonesia, meski surat utang negara (SUN) menawarkan imbal hasil yield yang lebih tinggi.
"Selama The Fed tidak seperti Inggris, pangkas stimulus, tapi juga tidak terlalu ekspansif, porposional, maka potensi terjadinya reversal bisa terkendali," katanya.
Untuk itu, kata Umar, pemerintah perlu mengantisipasi hal tersebut dengan menggiatkan pembangunan infrastruktur dan penanaman modal asing. Sementara dari sisi finansial, investasi portofolio coba dikurangi untuk yang jangka pendek guna menutup peluang hot money masuk. (luz)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar