JAKARTA: Sejumlah bank sentral negara maju, mulai dari Amerika Serikat hingga Jepang, memberi sinyal akan meluncurkan tambahan stimulus seiring pelambatan dalam pemulihan ekonomi. Hal ini berdampak terhadap arus modal yang diperkirakan semakin membanjiri Indonesia.
Chairperson Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) Ben S. Bernanke memaparkan Federal Reserve memiliki alat kebijakan untuk mencegah agar ekonomi AS tidak kembali terjun ke jurang ke resesi (double-dip).
“Kami siap memberikan tambahan stimulus moneter melalui kebijakan nonkonvensional jika memang diperlukan, terutama jika outlook ekonomi makin memburuk,” tegasnya seperti dikutip Bloomberg, akhir pekan lalu.
Hal tersebut diucapkan Bernanke dalam pidatonya di hadapan para pejabat bank sentral dan kalangan ekonom dari 40 negara di acara simposium tahunan Federal Reserve di Jackson Hole, Kansas City, Wyoming, AS.
Pidato Bernanke hanya berselang beberapa jam seusai pengumuman kinerja pertumbuhan ekonomi AS kuartal II yang menunjukkan pelambatan.
Departemen Perdagangan AS mencatat ekonomi negeri Paman Sam tumbuh 1,6% (year-on-year), lebih rendah dari estimasi sebelumnya sebesar 2,4%. Bernanke menyebutkan pihaknya telah menyiapkan tiga opsi kebijakan stimulus moneter lebih jauh, yaitu menambah pembelian surat utang pemerintah AS, perubahan dalam sikap kebijakan The Fed, dan menurunkan suku bunga The Fed pada deposito bank menjadi 0,10% atau 0% dari 0,25%.
Dia menegaskan bank sentral belum menyepakati kriteria spesifik atau pemicu yang bisa mendorong peluncuran stimulus lebih lanjut. Akan tetapi, berdasarkan pengamatannya, ada dua sikap kebijakan yang akan diambil.
“Pertama, the Fed akan sangat menolak deviasi dari penurunan harga. Kedua, tanpa mempertimbangkan risiko deflasi, The Fed akan melakukan segala cara untuk menjamin keberlanjutan pemulihan ekonomi,” jelasnya.
Nouriel Roubini, Guru Besar Ekonomi dari New York University, menilai hanya ada sedikit ruang bagi The Fed untuk bisa mendorong ekonomi sejak mereka memangkas suku bunga acuan menjadi mendekati 0% pada Desember 2008.
Federal Reserve juga telah membeli surat utang pemerintah AS lebih dari US$1,7 triliun dan membeli kembali kredit perumahan guna menjaga likuiditas dalam sistem keuangan. “Mereka telah kehabisan amunisi,” ujar Roubini.
Chairperson Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) Ben S. Bernanke memaparkan Federal Reserve memiliki alat kebijakan untuk mencegah agar ekonomi AS tidak kembali terjun ke jurang ke resesi (double-dip).
“Kami siap memberikan tambahan stimulus moneter melalui kebijakan nonkonvensional jika memang diperlukan, terutama jika outlook ekonomi makin memburuk,” tegasnya seperti dikutip Bloomberg, akhir pekan lalu.
Hal tersebut diucapkan Bernanke dalam pidatonya di hadapan para pejabat bank sentral dan kalangan ekonom dari 40 negara di acara simposium tahunan Federal Reserve di Jackson Hole, Kansas City, Wyoming, AS.
Pidato Bernanke hanya berselang beberapa jam seusai pengumuman kinerja pertumbuhan ekonomi AS kuartal II yang menunjukkan pelambatan.
Departemen Perdagangan AS mencatat ekonomi negeri Paman Sam tumbuh 1,6% (year-on-year), lebih rendah dari estimasi sebelumnya sebesar 2,4%. Bernanke menyebutkan pihaknya telah menyiapkan tiga opsi kebijakan stimulus moneter lebih jauh, yaitu menambah pembelian surat utang pemerintah AS, perubahan dalam sikap kebijakan The Fed, dan menurunkan suku bunga The Fed pada deposito bank menjadi 0,10% atau 0% dari 0,25%.
Dia menegaskan bank sentral belum menyepakati kriteria spesifik atau pemicu yang bisa mendorong peluncuran stimulus lebih lanjut. Akan tetapi, berdasarkan pengamatannya, ada dua sikap kebijakan yang akan diambil.
“Pertama, the Fed akan sangat menolak deviasi dari penurunan harga. Kedua, tanpa mempertimbangkan risiko deflasi, The Fed akan melakukan segala cara untuk menjamin keberlanjutan pemulihan ekonomi,” jelasnya.
Nouriel Roubini, Guru Besar Ekonomi dari New York University, menilai hanya ada sedikit ruang bagi The Fed untuk bisa mendorong ekonomi sejak mereka memangkas suku bunga acuan menjadi mendekati 0% pada Desember 2008.
Federal Reserve juga telah membeli surat utang pemerintah AS lebih dari US$1,7 triliun dan membeli kembali kredit perumahan guna menjaga likuiditas dalam sistem keuangan. “Mereka telah kehabisan amunisi,” ujar Roubini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar