REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Dr HM Harry M Zein
Aparat
kepolisian berhasil membongkar praktik perbudakan di sebuah industri
pengolahan limbah menjadi perangkat aluminium yang berlokasi di Kampung
Bayur Desa Lebak Wangi, Kecamatan Sepatan Timur, Tangerang, Banten.
Sebanyak 34 orang buruh berhasil dibebaskan, dan sampai saat ini polisi
telah mengamankan lima tersangka.
Dalam
temuan kepolisian, pemilik pabrik tak membayar gaji sebagian besar
buruh, pemilik pabrik juga tak memberikan fasilitas hidup yang layak,
tak mengizinkan buruh untuk melakukan ibadah shalat, tidak
memperbolehkan para buruhnya istirahat, serta melakukan penganiayaan
terhadap buruh.
Sungguh
tragis membaca berita tersebut. Tidak ada satupun ajaran agama di dunia
ini yang membenarkan praktik kejam seperti itu. Terlebih agama yang
agung, Islam. Sejak diturunkan, Muhamad saw selalu mengajarkan Islam
untuk menghormati pekerja, yang notabene telah membantu kita.
Ada
baiknya kita membaca riwayat kisah Anas bin Malik ra. Anas bin Malik
adalah di antara daftar pernah menjadi pembantu Nabi saw. Selama hampir 9
tahun lamanya, sejak di usia 10 tahun, beliau melayani Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam.
Dalam sebuah testimoni sahabat Anas dikisahkan, suatu hari (sewaktu masih kanak-kanak), beliau menyuruhku untuk tugas tertentu.
Aku
bergumam: Aku tidak mau berangkat. Sementara batinku meneriakkan untuk
berangkat menunaikan perintah Nabi Allah. Aku pun berangkat, sehingga
melewati gerombolan anak-anak yang sedang bermain di pasar. Aku pun
bermain bersama mereka.
Tiba-tiba Rasulullah saw memegang tengkukku dari belakang. Aku lihat beliau, dan beliau tertawa. Beliau bersabda: “Hai Anas, berangkatlah seperti yang aku perintahkan.” “Ya, saya pergi sekarang ya Rasulullah.” Jawab Anas.
Beliau
memberi kesan: “Demi Allah, aku telah melayani Nabi saw sallam selama 7
atau 9 tahun. Saya belum pernah sekalipun beliau berkomentar terhadap
apa yang aku lakukan: “Mengapa kamu lakukan ini?”, tidak juga beliau
mengkritik: “Mengapa kamu tidak lakukan ini?” (HR. Muslim 2310 dan Abu
Daud 4773).
Dalam
cuplikan sejarah beliau yang lain, Rasulullah saw sangat perhatian
terhadap kebutuhan pembantunya. Bahkan sampai pada menyemangati untuk
menikah.
Dari Rabi’ah bin Ka’b al-Aslami, diceritakan, “Saya pernah menjadi pelayan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
Beliau menawarkan, “Wahai Rabi’ah, kamu tidak menikah?”
Aku
jawab: “Tidak ya Rasulullah, saya belum ingin menikah. Saya tidak
punya dana yang cukup untuk menanggung seorang istri, dan saya tidak
ingin disibukkan dengan sesuatu yang menghalangiku untuk melayani Anda.”
Rasulullah saw kemudian berpaling dariku. Setelah itu beliau bertanya lagi: “Wahai Rabi’ah, kamu tidak menikah?”
Aku pun menjawab dengan jawaban yang sama: “Tidak ya Rasulullah, saya belum ingin menikah. Saya tidak punya ….dst.”
Rasulullah saw kemudian berpaling dariku.
Kemudian
aku ralat ucapanku, aku sampaikan: “Ya Rasulullah, Anda lebih tahu
tentang hal terbaik untukku di dunia dan akhirat.” Aku bergumam dalam
hatiku: “Jika beliau bertanya lagi, aku akan jawab: Ya.”
Ternyata Nabi saw tanya lagi untuk yang ketiga kalinya: “Wahai Rabi’ah, kamu tidak menikah?”
Aku langsung menjawab: “Ya, perintahkan aku sesuai yang Anda inginkan.”
Selanjutnya,
Nabi saw memerintahkanku untuk mendatangi keluarga fulan, salah seorang
dari suku Anshar. (HR. Ahmad 16627, Hakim 2718 dan at-Thayalisi 1173).
Tidak hanya bersikap baik dalam urusan dunia, Nabi saw juga memperhatikan urusan akhirat pembantunya. Beliau pernah memiliki seorang pembantu yang masih remaja beragama Yahudi.
Suatu ketika si Yahudi ini sakit keras. Nabi pun menjenguknya dan memperhatikannya. Ketika merasa telah mendekati kematian, Nabi saw menjenguknya dan duduk di samping kepalanya.
Beliau ajak anak ini untuk masuk Islam. Si anak spontan melihat bapaknya, seolah ingin meminta pendapatnya.
Si
bapak mengatakan: ‘Taati Abul Qosim (nama Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam).’ Dia pun masuk Islam. Setelah itu ruhnya keluar. Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggalkan rumahnya dengan mengucapkan,
“Segala puji bagi Dzat Yang telah menyelamatkannya dari neraka.” (HR.
Bukhari 1290).
Demikianlah,
betapa indahnya adab yang diajarkan dalam Islam ketika bermuamalah
dengan pekerjanya. Sayangnya, banyak diantara kita yang kurang memahami
ajaran ini, sehingga mereka justru menutupi keindahan ajaran agamanya
sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar