JAKARTA
- Rencana investasi perbankan syariah asing dinilai tidak akan
memengaruhi kinerja perbankan syariah Tanah Air. Alasannya, perbankan
syariah nasional lebih unggul dalam mengenal pasar lokal.
Direktur Bank Syariah Mandiri (BSM) Hanawijaya mengakui, investasi asing di perbankan syariah akan memicu persaingan antarbank. Perbankan asing memiliki modal yang relatif besar sekaligus kompetensi tinggi. “Kita harus bersiap diri menghadapi tantangan investasi perbankan asing itu,” ujar dia kepada Republika, pekan lalu.
Perbankan syariah asing sebelumnya telah menyatakan ketertarikannya pada pasar Indonesia. Ada dua bank dari Uni Emirate Arab (UEA) yang tertarik berinvestasi di Indonesia. Kehadiran mereka akan semakin membuat persaingan dalam merebut pasar dalam negeri semakin kompetitif.
Perbankan syariah nasional saat ini telah tumbuh positif dalam aset dan permodalan. Aset perbankan syariah nasional, menurut catatan Bank Indonesia (BI), telah mencapai Rp 126 triliun per September 2011. Menurut Hana, nilai aset itu masih ditambah dengan manajemen perbankan syariah yang sudah relatif baik.
Dengan kondisi itu, perbankan nasional diproyeksikan masih terus tumbuh meski ada investasi asing. Apalagi, kata Hana, perbankan nasional memiliki keunggulan yang tidak dimiliki perbankan asing. Pengetahuan pasar lokal perbankan nasional lebih unggul dibandingkan asing.
Hana menuturkan, perbankan syariah nasional juga memiliki spirit ownership pada ekonomi nasional. Keberpihakan perbankan syariah nasional inilah yang harus dipertahankan sebagai keunggulan. “Kita kuatnya di spirit ownership itu. Kalau tidak ada, perbankan syariah hanya murni melakukan bisnis tanpa ada kontribusi ke ekonomi nasional,” terang dia.
Meski perbankan syariah nasional kuat, BI selaku regulator dinilai harus membatasi masuknya perbankan asing di Indonesia. Menurut Hana, harus ada perlakuan adil pada perbankan syariah nasional. “BI harus terapkan equal treatment karena ketika membuka cabang di luar, perbankan kita dipersulit di sana. Kita minta keadilan ini,” ujar dia.
Sementara itu, Direktur Utama BNI Syariah Rizqullah memandang, masuknya investasi asing dalam perbankan syariah akan memberi keuntungan. Modal beserta pengetahuan (knowledge) yang lebih besar akan memperkuat perbankan syariah di Indonesia. Namun, kelebihan ini tidak akan memperlemah perbankan syariah nasional. “Saya tidak khawatir dengan bank asing karena kita memiliki keunggulan dalam mengenal pasar lokal,” ujar dia.
Dan, sebaliknya, kata Rizqullah, perbankan asing justru akan bergantung pada perbankan nasional. Alasannya, perbankan syariah nasional lebih mengenal pasar lokal. “Bagaimanapun mereka akan bergantung pada perbankan syariah nasional. Kita yang bisa pahami apa kebutuhan masyarakat,” ujarnya.
Akan tetapi, ia menegaskan, kehadiran bank asing harus memiliki visi mengembangkan industri perbankan syariah, bukan hanya mengejar investasi jangka pendek. “Kalau investor jangka pendek, setahun hingga dua tahun kemudian tarik uangnya, hanya dapat untung sudah selesai. Itu yang akan ganggu perkembangan,” ujar Rizqullah.c01 ed: nidia zuraya
Direktur Bank Syariah Mandiri (BSM) Hanawijaya mengakui, investasi asing di perbankan syariah akan memicu persaingan antarbank. Perbankan asing memiliki modal yang relatif besar sekaligus kompetensi tinggi. “Kita harus bersiap diri menghadapi tantangan investasi perbankan asing itu,” ujar dia kepada Republika, pekan lalu.
Perbankan syariah asing sebelumnya telah menyatakan ketertarikannya pada pasar Indonesia. Ada dua bank dari Uni Emirate Arab (UEA) yang tertarik berinvestasi di Indonesia. Kehadiran mereka akan semakin membuat persaingan dalam merebut pasar dalam negeri semakin kompetitif.
Perbankan syariah nasional saat ini telah tumbuh positif dalam aset dan permodalan. Aset perbankan syariah nasional, menurut catatan Bank Indonesia (BI), telah mencapai Rp 126 triliun per September 2011. Menurut Hana, nilai aset itu masih ditambah dengan manajemen perbankan syariah yang sudah relatif baik.
Dengan kondisi itu, perbankan nasional diproyeksikan masih terus tumbuh meski ada investasi asing. Apalagi, kata Hana, perbankan nasional memiliki keunggulan yang tidak dimiliki perbankan asing. Pengetahuan pasar lokal perbankan nasional lebih unggul dibandingkan asing.
Hana menuturkan, perbankan syariah nasional juga memiliki spirit ownership pada ekonomi nasional. Keberpihakan perbankan syariah nasional inilah yang harus dipertahankan sebagai keunggulan. “Kita kuatnya di spirit ownership itu. Kalau tidak ada, perbankan syariah hanya murni melakukan bisnis tanpa ada kontribusi ke ekonomi nasional,” terang dia.
Meski perbankan syariah nasional kuat, BI selaku regulator dinilai harus membatasi masuknya perbankan asing di Indonesia. Menurut Hana, harus ada perlakuan adil pada perbankan syariah nasional. “BI harus terapkan equal treatment karena ketika membuka cabang di luar, perbankan kita dipersulit di sana. Kita minta keadilan ini,” ujar dia.
Sementara itu, Direktur Utama BNI Syariah Rizqullah memandang, masuknya investasi asing dalam perbankan syariah akan memberi keuntungan. Modal beserta pengetahuan (knowledge) yang lebih besar akan memperkuat perbankan syariah di Indonesia. Namun, kelebihan ini tidak akan memperlemah perbankan syariah nasional. “Saya tidak khawatir dengan bank asing karena kita memiliki keunggulan dalam mengenal pasar lokal,” ujar dia.
Dan, sebaliknya, kata Rizqullah, perbankan asing justru akan bergantung pada perbankan nasional. Alasannya, perbankan syariah nasional lebih mengenal pasar lokal. “Bagaimanapun mereka akan bergantung pada perbankan syariah nasional. Kita yang bisa pahami apa kebutuhan masyarakat,” ujarnya.
Akan tetapi, ia menegaskan, kehadiran bank asing harus memiliki visi mengembangkan industri perbankan syariah, bukan hanya mengejar investasi jangka pendek. “Kalau investor jangka pendek, setahun hingga dua tahun kemudian tarik uangnya, hanya dapat untung sudah selesai. Itu yang akan ganggu perkembangan,” ujar Rizqullah.c01 ed: nidia zuraya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar