Jumat, 23 September 2011

Spekulan Singapura goyang rupiah

Large_bank_indonesia-an__1_JAKARTA: Spekulan asing terus mengeruk keuntungan dengan memanfaatkan situasi ekonomi global sehingga membuat nilai tukar sempat terpuruk di atas Rp9.000 per dolar AS. Bahkan transaksi di pasar non delivery forward sempat menyentuh level Rp9.600 per dolar AS.

Namun, nilai tukar mampu kembali ke level Rp8.750 per dolar AS setelah Bank Indonesia melakukan intervensi baik secara langsung maupun pembelian surat berharga negara. Kabarnya dana yang dikucurkan masih di bawah US$1 miliar.

Sumber Bisnis di lingkungan bank sentral mengungkapkan BI memakai sejumlah instrumen moneter untuk menjinakkan nilai tukar rupiah yang bergejolak, baik pembelian surat utang negara (SUN) dan mengelontorkan valuta asing melalui bank-bank.

“Rupiah sudah dibalikin lagi ke level Rp8.750 per dolar AS. [Dana yang dikucurkan sampai US$1 miliar?] nggak sampai segitu,” ujarnya kepada Bisnis, hari ini.

Menurut dia, investor asing asal Singapura yang membuat nilai tukar rupiah goyang dengan masuk membeli surat perbedaharaan negara (SPN) untuk menjaga posisi non delivery forward (NDF).

“Mereka nggak bisa spekulasi di luar negeri, karena rupiah nggak boleh diperdagangkan di luar Indonesia. Mereka short NDF, terus di cover dengan long rupiah asset khusus-nya yang jangka pendek seperti SPN. Saat ada efek global, mereka balik badan, makanya NDF-nya di Singapura melonjak.”

Transaksi NDF merupakan produk derivatif valas yang diperdagangkan secara off the counter. NDF menawarkan lindung nilai alternatif investor asing yang memiliki eksposure mata uang lokal atau instrumen spekulatif bagi mereka untuk mengambil posisi offshore atas mata uang lokal.

Direktur Direktorat Riset Ekonomi dan Kajian Moneter BI Perry Warjiyo membenarkan jika ada spekulan yang memanfaatkan situasi krisis global untuk mengeruk keuntungan dengan mengoyang nilai tukar rupiah.

“Sebenarnya ini murni faktor eksternal dimanfaatkan beberapa pelaku asing yang jual SBN-nya. Fundamental kita kuat growth tinggi, inflasi rendah, balance of payment surplus,” katanya.

Namun, sambungnya, bank sentral terus berada di pasar untuk melakukan intervensi intervensi. “Kami berada di pasar valas dan jual beli SBN dalam jumlah besar. Rupiah sekarang sudah kembali ke 8.750 per dolar AS,” tuturnya.

Kepala Biro Hubungan Masyarakat BI Difi A. Johansyah mengungkapkan BI melakukan intervensi untuk stabilisasi rupiah dan juga membuka lelang surat utang negara. Namun, yang diserap masih di bawah pagu indikatif.

“Kami serap SUN Rp3,2 triliun dari target indikatif Rp5 triliun. Artinya tidak banyak yang mau lepas SUN pada saat ini,” tuturnya.

Kepala EKonom PT Bank Danamon Tbk Anton H. Gunawan mengatakan bank sentral melakukan pendekatan secara moral kepada dealer bank untuk meredam gejolak nilai tukar rupiah, sehingga dolar AS yang dikucurkan tak banyak.

Namun, lanjutnya, gejolak yang signifikan memang terjadi di luar negeri, khususnya Singapura, pada pasar NDF, sehingga turut mempengaruhi nilai tukar rupiah pada pasar domestik.

“Rupiah kita kenanya juga karena permainan NDF di Singapura. Banyak yang waktu itu sudah short dolar AS, sehingga mereka beli dolar AS. Mereka terkait langsung. Main NDF di Singapura terus digunakan untuk main rupiah di Jakarta,” terangnya.

Dia melanjutkan waktu NDF murah di Singapura, mereka main di Jakarta dengan membeli sertifikat Bank Indonesia, SUN atau saham. Kemudian, sambungnya, waktu NDF mahal karena terlalu banyak yang meminta mereka membalikan posisi.

“Itu sambil profit taking. Kalau terlambat profit taking, sewaktu rupiah lari ke Rp9.100 per dolar AS, ya mengikis keuntungan mereka, bahkan bisa rugi mereka.” (Bsi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar