JAKARTA: Pemerintah belum memiliki
kerangka kebijakan stimulus fiskal yang jelas guna mendampingi manajemen
protokol krisis dalam menjaga ketahanan ekonomi Indonesia pada tahun
depan.
Menteri Keuangan Agus D. W. Martowardojo mengakui paket stimulus fiskal
2012, yang sempat dijanjikannya, baru sebatas wacana kebijakan yang
belum detil bentuk dan mekanisme pemberiannya. Intinya,
berbekal pengalaman mengatasi krisis ekonomi pada 2008, pemerintah telah
siap merespon imbas negatif dari gejolak ekonomi global yang
mungkin memengaruhi kinerja perekonomian nasional di masa mendatang.
“[Paket stimulus] sekarang belum [bisa dijelaskan]. Kami di Kementerian
Keuangan terus mengkaji, menyiapkan satu paket stimulus yang tentu
nanti akan dapat disampaikan kalau diperlukan,” ujar dia di kantornya,
pekan lalu.
Menurutnya, pemerintah akan mengusulkan paket kebijakan
stimulus ekonomi kepada DPR untuk memperoleh persetujuan, sebagai reaksi
dari perlambatan ekonomi dunia yang bisa berdampak terhadap
perekonomian Indonesia. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan
Kemenkeu, pengaruh dari perlambatan ekonomi dunia dapat memperlambat
kinerja ekspor nasional karena volume perdagangan dan harga-harga
komoditas terkoreksi.
“Atau adanya FDI [investasi langsung] atau investasi dari negara-negara
maju, khususnya dari Eropa, yang mungkin berkurang ke Indonesia. Kalau
itu terjadi kami siapkan stimulus. Dan itu lebih untuk memperkuat pasar
domestik dan juga untuk mempercepat atau pengganti dari FDI yang mungkin
akan keluar,” tuturnya.
Kendati bentuknya masih samar, Agus memastikan paket stimulus
yang tengah dipersiapkan merupakan kebijakan baru, di luar
manajemen protokol krisis yang dirancang bersama Bank Indonesia.
Sementara itu, menyangkut ruang fiskal yang disiapkan untuk itu, masih
akan dibicarakan bersama dewan dalam perumusan postur anggaran negara
untuk 2012. “Itu masih merupakan langkah kehati-hatian.”
Ketika ditanyakan kepada Plt Kepala Badan Kebijakan Fiskal,
Bambang Permadi Sumantri Brodjonegoro hanya menjawab sekenanya. Intinya,
akan ada stimulus fiskal yang mengimbangi kebijakan moneter dan
upaya stabilisasi pasar surat utang negara.
“Ya nanti kita lihatlah. Kalau nanti diperlukan, kami [pemerintah dan DPR] bisa buat APBNP (2012) lebih cepat,” singkatnya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Hatta Rajasa justru
merujuk pada 10 tindakan aksi yang diperintahkan presiden pada 2008,
ketika ditanya konsep kebijakan stimulus yang akan dilakukan pemerintah
pada 2012. Menurutnya, dengan posisi saldo anggaran lebih (SAL) yang
sekitar Rp90 triliun pada saat ini, ada ruang fiskal yang cukup bagi
pemerintah untuk mendukung kebijakan stimulus tahun depan.
“Kalau dulu [2009] kami punya Rp77 triliun, kami mengeluarkan stimulus.
Sekarang ini stimulus itu [bisa] berupa fiskal langsung, bisa berupa
non-fiskal. Nah ini kita belum langsung terkena itu [imbas krisis
global]. Tapi kami kan punya dana cadangan untuk mengamankan stabilitas
ekonomi, apabila terkena krisis itu,” paparnya. (ln)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar