Senin, 15 Agustus 2011

Sentra emas Cikini: Harga emas mahal omzet pun tergerus

Semakin berkilaunya harga emas berbanding terbalik dengan omzet yang didapat para pedagang di sentra perhiasan emas Cikini, Jakarta Pusat. Pedagang di sentra ini pun mengeluh harga emas yang tak kunjung melandai. "Dulu mungkin banyak orang antusias mencari emas di sini, tapi sekarang hal itu tak terjadi lagi," kata Arifin, pemilik toko emas Harapan Baru di Permata Cikini.

Pemilik toko emas yang berdiri sejak 1993 ini mengatakan, omzet yang dia dapat sekarang merosot sampai 50% dibandingkan lima tahun lalu. Jika lima tahun lalu ia bisa meraih omzet Rp 10 juta tiap bulan, kini ia hanya bisa mendapatkan tak lebih dari separuhnya.

Menurut Arifin, selain harga emas dunia yang tak kunjung turun, munculnya sentra-sentra penjualan emas di Jakarta dan sekitarnya juga ikut andil menggerus omzet pedagang di sentra emas ini.

Oleh karena itu dari 40 toko yang ada di Gedung Permata Cikini, kebanyakan hanya bisa mengandalkan orderan dari para langganan lama. "Agak sulit mendapatkan pelanggan baru dalam beberapa tahun terakhir," kata pria berusia 47 tahun ini.

Tanti Suwirya, pengelola toko emas Cakra Kirana di lokasi yang sama juga mengaku kini tokonya hanya bisa mengandalkan penjualan emas dari pembuatan wedding ring atau cincin pernikahan, termasuk perhiasan pesanan lain.

Ia mengaku kesulitan mencari pembeli emas di saat harga emas melambung seperti saat ini. Bahkan, kini lebih banyak orang memilih menjual perhiasan emas dibanding membeli. Tahun ajaran baru, juga turut mendorong orang menjual emas.

Tanti pun berharap, selama Ramadan ini memberi berkah peningkatan penjualan emas. Sebab, sejak mengelola toko emas pada 2006 lalu, momen akhir bulan puasa adalah saatnya mendulang omzet. "Kecenderungannya orang akan membeli emas ketika mereka memiliki uang lebih yang muncul saat menjelang lebaran," ujarnya.

Dengan omzet rata-rata Rp 5 juta per bulan, margin keuntungan dari tiap gram emas yang dijual ke konsumen adalah sekitar Rp 5.000 - Rp 10.000. Tanti mengaku, keuntungan tokonya hanya cukup untuk membayar sewa toko. Untuk menyewa gerai berukuran 3 meter (m) x 2 m Tanti harus mengeluarkan dana Rp 10 juta per tahun. "Dalam beberapa bulan terakhir omzet penjualan hanya cukup untuk menutupi biaya sewa, bahkan nombok," imbuhnya.

Sepi pembeli tak hanya dirasakan pedagang emas di Gedung Permata Cikini. Kondisi sepi juga dialami pedagang emas di Menteng Prada.

Menurut Domy, pemilik Toko Emas Mudjur di Menteng Prada, penghasilan sebagai penjual emas di sentra ini tak menentu. Selain emas bukanlah kebutuhan primer, sepinya penjualan juga menyurutkan penghasilan. Ia mengaku hanya mampu mengantongi omzet di bawah Rp 10 juta per bulan.

Walau begitu, Domy tetap optimistis omzetnya masih bisa terdongkrak. Sebab, sentra emas Cikini memberikan pilihan bentuk perhiasan emas yang lebih lengkap dibanding tempat lain. Apalagi, dia masih memiliki pelanggan loyal. "Emas adalah bisnis kepercayaan," ujar Domy, bersemangat.

1 komentar:

  1. toko emas berkah arifin: selamat pagi saya dari surabaya time kerja finishing plating jual jasa antar dan alat-alat emas atau obat-obatan siap melayani dengan baik dan jujur jika membutuhkan H2SO4 silahkan hub saya di 085604199769...o,y biar lebih mengenal dan tidak khawatir saya dulu ikut ko hadi bintang putra mandiri atau bapak aji.

    BalasHapus