JAKARTA. Laju penguatan euro terus berlanjut seiring dengan keoknya dollar. Hingga akhir pekan (1/10) lalu, mata uang Uni Eropa ini bertengger di level tertinggi dalam tujuh bulan terakhir di US$ 1,3791 per EUR. Bahkan dalam sepekan terakhir, euro sudah menguat 2,2% dari posisi US$ 1,3492 per EUR (24/10).
Tertekannya dollar masih menjadi penyebab utama penguatan euro. Akhir pekan kemarin, indeks dollar bahkan menyentuh level terendah di 78,08. Sepekan terakhir dollar jatuh karena indikator ekonomi AS yang dirilis masih lemah, sehingga memperkuat spekulasi tambahan stimulus melalui program Quantitative Easing (QE) dari bank sentral AS.
Sementara, dari kawasan Eropa, kabar negatif justru mereda. Analis Commonwealth Bank, Mika Martumpal, menyebut beberapa data ekonomi kawasan Eropa sepekan terakhir turut menopang laju euro. Tingkat inflasi 16 negara Eropa yang menggunakan euro juga naik dari 1,6% menjadi 1,8% untuk September.
Lanjut Mika, bila dibandingkan data ekonomi AS, flow datanya masih tidak pasti. Tingkat pengangguran masih tinggi, dan data perumahan masih dalam level sangat rendah. Pengangguran di AS masih bergerak turun dan naik sejak tercatat 9,5% pada Juni 2009. Dibandingkan dengan Jerman, tingkat penganggurannya turun teratur sejak menyentuh level tertinggi 8,3% pada Juni 2009.
Namun, dia mengingatkan, jangka panjang, masalah di Eropa belum selesai. Menurutnya, persoalan di Eropa semacam bom waktu yang sewaktu-waktu bisa menyeret koreksi pada euro.
Analis Harumdana Berjangka, Nizar Hilmy memprediksi euro masih akan lanjut menguat terhadap dollar. Menurutnya, belum ada tanda yang menunjukkan perubahan tren. Namun, koreksi mungkin terjadi secara teknikal karena kenaikan sudah tajam.
"Tapi selama isu stimulus masih kuat, tren euro masih naik," duganya. Prediksinya, sepekan ini, mata uang Uni Eropa ini akan bergerak di US$ 1,34-US$ 138 per EUR. Adapun, sampai akhir tahun, euro masih berpeluang ke US$ 1,45 per EUR.
Mika sependapat euro masih akan menguat di pekan ini. Katanya, jika tidak ada kabar negatif dari Eropa, maka euro masih bisa naik. Namun, karena pasar menunggu data ketenagakerjaan (payroll) AS, maka pelaku pasar tidak akan berani mendorong euro terlalu tinggi. Dia memperkirakan euro akan bermain di kisaran US$ 1,3350-US$ 1,3820 per EUR.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar