http://www.bisnis.com/articles/hasil-penelitian-aroma-bisa-bangkitkan-kenangan-nah
WASHINGTON: Berdasarkan sebuah studi, aroma ternyata lebih bisa membangkitkan kenangan ketimbang suara.
Dulu, sebuah teori bernama “Fenomena Proustian” pernah mengemukakan bahwa aroma tertentu lebih ampuh menghidupkan kenangan daripada stimulus lain yang diterima indra manusia.
Nama teori ini diambil dari nama seorang penulis asal Prancis Marcel Proust yang dalam novelnya berjudul À la recherche du temps perdu (Pencarian Waktu yang Hilang) mengisahkan seorang yang mampu mengingat kembali memori yang telah lama terlupakan, setelah mencium aroma biskuit madeline yang dicelupkan ke air teh.
Para ahli sebelumnya menyatakan aroma dapat memengaruhi ingatan kemungkinan karena dekatnya jarak antara olfactory bulb, bagian dari otak yang membantu orang memproses aroma, dengan daerah amygdala dan hippocampus, bagian yag mengontrol emosi dan memori.
Meski begitu, teori ini hanya diakui sebagai anekdot belaka, karena waktu itu belum ada penelitian yang bisa meneguhkannya.
Tapi kini para peneliti agaknya selangkah lebih dekat menuju pembuktian teori itu. Sebuah eksperimen telah menunjukkan aroma ternyata memicu orang mengingat kenangan menyakitkan secara lebih mendetail ketimbang suara.
Studi itu dilakukan sebuah tim dari Utrecht University di Belanda dan melibatkan 70 orang siswa wanita. Para siswa wanita itu diminta menyaksikan tayangan video yang mencetuskan perasaan pilu seperti kecelakaan mobil dan laporan tentang pembantaian di Rwanda.
Sementara film diputar, aroma buah cassis diembuskan ke ruangan itu. Lampu dalam warna tertentu pun disorot ke tembok bagian belakang, dan musik diputar sebagai ilustrasi.
Sepekan kemudian, para partisipan diminta mengingat kembali tayangan itu, sembari diekspos ke aroma, cahaya, atau suara yang dimainkan ketika film diputar.
Hasilnya, mereka yang terpapar aroma buah cassis ternyata mampu mengingat tayangan dengan lebih mendetail. Dari pengamatan, ingatan mereka tentang tayangan itu juga lebih menyedihkan dari mereka yang mengingat karena disetelkan musik. Walaupun aroma dan cahaya terbukti sama-sama efektif.
Tim itu kemudian menyiarkan temuannya dalam jurnal Cognition and Emotion. Mereka menulis bahwa hasil riset itu “tidak mengonfirmasi Fenomena Proust”, tapi sangat bermanfaat untuk meneliti gangguan stres pasca-trauma.
“Temuan kami ini menguatkan riset sebelumnya bahwa aroma bisa membangkitkan memori dengan lebih mendetail dibandingkan musik, yang sering dipercaya memiliki efek yang sama kuat dengan aroma,” tambah mereka. (tel/mm/LN)
Dulu, sebuah teori bernama “Fenomena Proustian” pernah mengemukakan bahwa aroma tertentu lebih ampuh menghidupkan kenangan daripada stimulus lain yang diterima indra manusia.
Nama teori ini diambil dari nama seorang penulis asal Prancis Marcel Proust yang dalam novelnya berjudul À la recherche du temps perdu (Pencarian Waktu yang Hilang) mengisahkan seorang yang mampu mengingat kembali memori yang telah lama terlupakan, setelah mencium aroma biskuit madeline yang dicelupkan ke air teh.
Para ahli sebelumnya menyatakan aroma dapat memengaruhi ingatan kemungkinan karena dekatnya jarak antara olfactory bulb, bagian dari otak yang membantu orang memproses aroma, dengan daerah amygdala dan hippocampus, bagian yag mengontrol emosi dan memori.
Meski begitu, teori ini hanya diakui sebagai anekdot belaka, karena waktu itu belum ada penelitian yang bisa meneguhkannya.
Tapi kini para peneliti agaknya selangkah lebih dekat menuju pembuktian teori itu. Sebuah eksperimen telah menunjukkan aroma ternyata memicu orang mengingat kenangan menyakitkan secara lebih mendetail ketimbang suara.
Studi itu dilakukan sebuah tim dari Utrecht University di Belanda dan melibatkan 70 orang siswa wanita. Para siswa wanita itu diminta menyaksikan tayangan video yang mencetuskan perasaan pilu seperti kecelakaan mobil dan laporan tentang pembantaian di Rwanda.
Sementara film diputar, aroma buah cassis diembuskan ke ruangan itu. Lampu dalam warna tertentu pun disorot ke tembok bagian belakang, dan musik diputar sebagai ilustrasi.
Sepekan kemudian, para partisipan diminta mengingat kembali tayangan itu, sembari diekspos ke aroma, cahaya, atau suara yang dimainkan ketika film diputar.
Hasilnya, mereka yang terpapar aroma buah cassis ternyata mampu mengingat tayangan dengan lebih mendetail. Dari pengamatan, ingatan mereka tentang tayangan itu juga lebih menyedihkan dari mereka yang mengingat karena disetelkan musik. Walaupun aroma dan cahaya terbukti sama-sama efektif.
Tim itu kemudian menyiarkan temuannya dalam jurnal Cognition and Emotion. Mereka menulis bahwa hasil riset itu “tidak mengonfirmasi Fenomena Proust”, tapi sangat bermanfaat untuk meneliti gangguan stres pasca-trauma.
“Temuan kami ini menguatkan riset sebelumnya bahwa aroma bisa membangkitkan memori dengan lebih mendetail dibandingkan musik, yang sering dipercaya memiliki efek yang sama kuat dengan aroma,” tambah mereka. (tel/mm/LN)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar