JAKARTA. Keinginan Bank Indonesia (BI) agar perbankan menurunkan margin bunga bersih alias net interest margin (NIM)
bak pungguk merindukan bulan. Per semester I-2011, bank besar yang
memiliki likuiditas melimpah- mencatat kenaikan NIM. Sedangkan bank
berlikuiditas kembang-kempis sebaliknya.
Banyak faktor penyebab fluktuasi NIM. Februari lalu, BI menaikkan BI rate 0,25%. Keputusan ini mendorong bank menaikkan bunga simpanan, sehingga mengerek biaya dana bank.
Bank bisa saja mengompensasi dengan menaikkan bunga
kredit. Tapi, strategi ini mengurangi daya saing, karena bank tengah
berlomba menekan bunga. Mereka rela margin terpangkas. Jadi, penyusutan
NIM tak selalu bermakna bunga kredit lebih murah. Bisa saja NIM turun
karena biaya dana melonjak.
Kebijakan giro wajib minimum (GWM) terkait loan to deposit ratio (LDR)
minimal 78% Maret silam juga berpengaruh pada NIM. Bank berupaya
memenuhi dengan mengerem simpanan dan menggenjot kredit. Di satu sisi,
ini memang menekan biaya dana. Di sisi lain, ini menaikkan perolehan
bunga, sehingga NIM meningkat.
Fluktuasi NIM ini tecermin pada laporan beberapa
bank besar. Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Central Asia (BCA), Bank
Mandiri dan Bank BNI yang membukukan kenaikan NIM. Danamon sebaliknya.
BRI mencatat kenaikan NIM dari 9,4% ke 9,88%.
Sementara NIM BCA merangkak dari 5,1% menjadi 5,6%. "Kami ekspansi
kredit dan mengurangi kepemilikan SBI. Wajar NIM naik," kata Jahja
Setiaatmadja, Presdir BCA, Kamis (28/7). Catatan saja, bunga SBI 6% -
6,5%, sementara bunga kredit bisa di atas 10%.
Kenaikan NIM juga karena biaya dana lebih murah. Di
saat bank lain menaikkan bunga simpanan, BCA menurunkan bunga deposito
sebesar 0,25% di kuartal I 2011.
Jual mahal ini upaya BCA mengerem DPK agar LDR
terkerek. Hasilnya, DPK cuma tumbuh 12%. Karena kredit meningkat 21,4%,
LDR naik dari 51,4% jadi 55,9% (year on year/yoy). "Sekarang, rata-rata bunga dana BCA 2,9%-3%," kata Jahja.
NIM Mandiri beringsut dari 5,01% ke 5,2% (yoy).
Direktur Keuangan & Strategi, Pahala N. Mansury mengatakan, ini
lantaran kredit tumbuh tinggi, sementara penempatan di surat berharga
berkurang. "Bunga obligasi kecil dibandingkan kredit. Karena penempatan
di loan, NIM kami lebih baik," tutur Pahala. Kredit Mandiri
tumbuh 26,9% menjadi Rp 276,70 triliun. Adapun penempatan dana di
obligasi pemerintah susut 6,7% menjadi Rp 77,93 triliun (yoy).
NIM Bank Danamon turun dari 11,6% jadi 10% (yoy).
Ini setelah biaya dana meningkat, sementara pendapatan bunga turun.
"Rata-rata biaya dana kami 5,7%, sebelumnya 5,4%," ujar Vera Eva Liem,
Direktur Keuangan Danamon. Juni 2011, rata-rata suku bunga kredit
Danamon 15,8%, tahun lalu 16,9%. "Akibat ketatnya persaingan," jelasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar