Sabtu, 30 Juli 2011

KEBELET KAYA, LUPA DIRI !

Alhamdulillah kita kembali akan dipertemukan dengan Ramadhan, sebuah KESEMPATAN EMAS untuk memproses ulang diri kita agar segala noda dosa yang telah kembali berlumuran tanpa kita sadari, dapat kita sucikan dengan usaha maksimal selama sebulan penuh.

Kalo dalam bekerja dan berbisnis untuk sepiring nasi kita mampu banting tulang peras keringat , akankah untuk lolos dari api Neraka dan lulus menjadi Penghuni Istana Sorga kita tidak berusaha LEBIH BERGAIRAH ?

Sahabat, manakah yang lebih menggairahkan wanita cantik n sexy atau Pria tampan n macho ataukah Allah yang maha Indah yang menciptakan kecantikan dan ketampanan itu ? juga yang memiliki Bidadari dan Bidadara yang gak mampu kita bayangkan betapa cantik dan tampannya mereka ?

Manakah yang membuat kita lebih bersemangat panggilan pekerjaan yang menjanjikan keberuntungan yang besar ataukah panggilan Allah yang memiliki segala kekayaan dan membagi-bagikan kepada seluruh hambanya setiap detik ?

Tokoh manakah yang patut dan layak kita teladani, manusia yang meninggikan kecerdasan akalnya dan kekayaannya ataukah Muhammad Rosulullah SAW manusia pilihan Allah SWT yang mampu membimbing dan membina para Sahabatnya menjadi cerdas dan kaya raya dan Ummat di zamannya mencapai puncak kejayaan di mata Dunia.!

Manakah yang lebih menjamin kenyamanan hidup kita masa kini dan kelak, lembaran-lembaran sertifikat property, saham dan investasi yang kita miliki ataukah lembaran-lembaran Surat Cinta ( Al-Qur’an ) dari Sang Kekasih yang berhasil kita simpan di dada dan menyinari kehidupan kita ?

Sahabat, betapa keinginan-keinginan kita untuk sukses menggenggam berbagai jenis kekayaan Duniawi ini seringkali melenakan kita dari menyebut Sang Maha Kaya dan Sang Maha Pemberi, Allah SWT, betapa keindahan, kenikmatan dan kemesraan dengan lawan jenis kita saat ini seringkali melupakan keindahan, kenikmatan dan kemesraan yang tiada tara ketika kita kelak sukses menginjak Istana Sorga kita. Betapa fasilitas-fasilitas yang memanjakan hidup kita membuat kita untuk tidak bersegera memenuhi Panggilan-PanggilanNYA.

Sahabat, Ramadhan akan segera datang, belum tentu tahun depan kita dijinkan menjumpainya, mari kita habis-habisan untuk meraih segala Hadiah yang dijanjikan oleh Allah kepada kita yang PASTI BENAR nya.

Mulai saat ini juga, kita tinggalkan segala bentuk dosa dan maksiat serta kebiasaan-kebiasaan yang kurang berguna bahkan sia-sia :
- Kita tinggalkan kebiasaan berlama-lama didepan layar TV
- Buang semua kepingan VCD/DVD serta File-file Video dll yang merusak Ruhiyah kita dan membuang sia-sia waktu produktif kita
- Jangan sia-siakan kecerdasan kita untuk MENGHAYAL kan hal-hal yang tidak realistis dan memicu NAFSU kita bergolak.
- Maafkan semua orang yang pernah menyakiti bahkan mendholimi kita, berikan hak-hak orang yang masih tertahan ditangan kita
- Saatnya kita mendekat erat dengan Sang Kekasih kita Allah SWT, merasakan kasih sayangNYA dan indahnya Surat Cinta dari NYA

Sahabat, kalo orang lain bisa ketagihan rokok bahkan narkoba yang jelas-jelas merusak fisik dan nama baiknya, padahal untuk itu dia harus menguras dalam-dalam kantongnya, mengapa kita tidak bisa ketagihan rukuk da sujud yang jelas-jelas menyehatkan fisik kita dan untuk itu kita dijanjikan balasan yang melimpah ?

Kalo orang lain bisa katagihan Kasmaran dan berselingkuh dengan lawan jenisnya padahal sangat merendahkan kehormatannya dan untuk itu dia harus berbohong dan menilep hak orang lain, mengapa kita tidak mampu ketagihan kasamaran dengan kekasih kita Allah SWT yang mampu memberi kita segala keinginan dan kebutuhan kita ?

Kalo orang lain bisa ketagihan membaca Komik dan Novel Romantis yang jelas-jelas ditulis dengan kedalaman nafsu dan hayalannya, mengapa kita tidak mampu ketagihan membaca 114 Surat Cinta yang sangat romantis yang menjanjikan kebahagiaan dan keselamatan kita saat ini dan Esok ?

Banyak diantara kita yang Ketagihan Kaya bahkan Kebelet kaya, tapi setelah kaya kita tidak mampu ketagihan dan kebelet membagikan kekayaan bahkan lupa dengan yang Maha Kaya yang memberi kekayaan. Seperti orang yang merengek-rengek kepada Nabi karena kebelet kaya, dibawah ini :
Seorang sahabat Nabi yang amat miskin datang pada Nabi sambil mengadukan tekanan ekonomi yg dialaminya. Tsa'labah, nama sahabat tersebut, memohon Nabi untuk berdo'a supaya Allah memberikan rezeki yang banyak kepadanya. Semula Nabi menolak permintaan tersebut sambil menasehati Tsa'labah agar meniru kehidupan Nabi saja. Namun Tsa'labah terus mendesak. Kali ini dia mengemukakan argumen yang sampai kini masih sering kita dengar, "Ya Rasul, bukankah kalau Allah memberikan kekayaan kepadaku, maka aku dapat memberikan kepada setiap orang hak-haknya “.

Nabi kemudian mendo'akan Tsa'labah. Tsa'labah mulai membeli ternak. Ternaknya berkembang pesat sehingga ia harus membangun pertenakakan agak jauh dari Madinah. Seperti bisa diduga, setiap hari ia sibuk mengurus ternaknya. Ia tidak dapat lagi menghadiri shalat jama'ah bersama Rasul di siang hari.

Hari-hari selanjutnya, ternaknya semakin banyak; sehingga semakin sibuk pula Tsa'labah mengurusnya. Kini, ia tidak dapat lagi berjama'ah bersama Rasul. Bahkan menghadiri shalat jum'at dan shalat jama’ahpun tak bisa dilakukan lagi.

Ketika turun perintah zakat, Nabi menugaskan dua orang sahabat untuk menarik zakat dari Tsa'labah. Sayang, Tsa'labah menolak mentah-mentah utusan Nabi itu. Ketika utusan Nabi datang hendak melaporkan kasus Tsa'labah ini, Nabi menyambut utusan itu dengan ucapan beliau, "Celakalah Tsa'labah!" Nabi murka, dan Allah pun murka!

Saat itu turunlah Qs at-Taubah: 75-78

* "Dan diantara mereka ada yang telah berikrar kepada Allah, "Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh."

* Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebahagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran).

* Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai saat ketemuan dengan Allah, karena mereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan (juga) karena mereka selalu berdusta.

* Tidaklah mereka tahu bahwasanya Allah mengetahui rahasia dan bisikan mereka, dan bahwasanya Allah amat mengetahui yang ghaib?"

Tsa'labah mendengar ada ayat turun mengecam dan mengancam dirinya, ia mulai ketakutan. Segera ia temui Nabi sambil menyerahkan zakatnya. Akan tetapi Nabi menolaknya, "Allah melarang aku menerimanya." Tsa'labah menangis tersedu-sedu.

Setelah Nabi wafat, Tsa'labah menyerahkan zakatnya kepada Abu Bakar, kemudian Umar. tetapi kedua Khalifah itu menolaknya. Tsa'labah meninggal pada masa Utsman.

Dimanakah Ts'alabah sekarang? Jangan-jangan kitalah Tsa'labah-Tsa'labah baru yang dengan linangan air mata memohon agar rezeki Allah turun kepada kita, dan ketika rezeki itu turun, dengan sombongnya kita lupakan ayat-ayat Allah.

Bukankah kita dengan alasan sibuk berbisnis tak lagi sempat sholat lima waktu. Bukankah dengan alasan ada "meeting penting" kita lupakan perintah untuk sholat Jum'at. Bukankah ketika ada yang meminta sedekah dan zakat kita ceramahi mereka dengan cerita bahwa harta yang kita miliki ini hasil kerja keras, siang-malam membanting tulang; bukan turun begitu saja dari langit, lalu mengapa kok orang-orang mau enaknya saja minta sedekah tanpa harus kerja keras.

Bisa jadi kitalah Tsa'labah....Tsa'labah ternyata masih hidup dan "mazhab"-nya masih kita ikuti...

sebuah riwayat yang memuat saran Nabi Muhammad saw (dan belakangan digubah menjadi puisi oleh Taufik ismail), "Bersedekahlah, dan jangan tunggu satu hari nanti di saat engkau ingin bersedekah tetapi orang miskin menolaknya dan mengatakan, "kami tak butuh uangmu, yang kami butuhkan adalah darahmu!"

Dahulu Tsa'labah menangis di depan Nabi yang tak mau menerima zakatnya. Sekarang ditengah kesenjangan sosial di negeri kita, jangan-jangan kita bukan hanya akan menangis namun berlumuran darah ketika orang miskin menolak sedekah dan zakat kita!

Na'udzubillah min dzaalik, so…. pastikan diri bahwa kita bukanlah pengikut madzhab Tsa’labah, abadikan yang tersisa dengan sedekah maka kita bukanlah Tsa’labah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar