Sabtu, 30 Juli 2011

Beban tenaga kerja membengkak, BOPO perbankan naik di Juni 2011

Beban tenaga kerja membengkak, BOPO perbankan naik di Juni 2011
JAKARTA. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) perbankan masih tinggi. Rasio BOPO perbankan tersebut meningkat pada Juni 2011 dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Bank UOB Buana mencatat kenaikan BOPO dari 74,02% pada Juni 2010, menjadi 76,23% pada Juni tahun ini. Direktur UOB Buana Safrullah Hadi Saleh mengatakan, kenaikan BOPO tersebut lantaran kenaikan beban tenaga kerja. Menurutnya, perusahaan harus menyiapkan sejumlah dana untuk memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) menjelang Lebaran.

"Besok mau Lebaran, jadi kami mengalokasikannya untuk THR. selain itu, kami juga memberi asuransi kesehatan kepada karyawan berupa medical check up. Jadi lebih banyak ke SDM (Sumber Daya Manusia)," tuturnya kepada KONTAN, Jumat (29/7).

Beban tenaga kerja naik dari Rp 403,19 miliar menjadi Rp 439,23 miliar di Juni 2011. Selain itu, beban bunga rupiah naik dari Rp 527,83 miliar menjadi Rp 707,03 miliar. Adapun beban bunga valas juga naik dari Rp 29,57 miliar menjadi Rp 37,01 miliar. Hal tersebut disebabkan oleh kenaikan dana mahal atau deposito sebesar 43,69% dari Rp 14,65 triliun menjadi Rp 21,05 triliun.

PT Bank OCBC NISP Tbk juga mencatat kenaikan BOPO pada Juni 2011 menjadi 82,49% dibandingkan periode yang sama tahun lalu 80,76%. Salah satu penopang kenaikan BOPO tersebut disebabkan oleh naiknya beban tenaga kerja menjadi RP 459,91 miliar dibandingkan tahun lalu yang sebesar Rp 443,64 miliar.

Beban promosi juga naik menjadi Rp 25, 39 miliar dibandingkan tahun lalu yang mencapai Rp 21,61 miliar. Hal tersebut menopang kenaikan beban operasional selain bunga yang naik menjadi Rp 667,65 miliar dibandingkan tahun lalu yang sebesar Rp 587,35 miliar.

Sementara, BOPO PT Bank Panin Tbk naik menjadi 83,56% dibandingkan posisi yang sama tahun lalu menjadi 77,17%. Kenaikan tersebut juga dipicu terkereknya beban tenaga kerja yang naik menjadi Rp 320,56 miliar dibandingkan tahun sebelumnya Rp 261,05 miliar. Hal tersebut menopang kenaikan beban operasional.

Ekonom sekaligus Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Mirza Adityaswara mengatakan kenaikan BOPO lantaran naiknya biaya operasional. "Bisa juga karena pencadangan NPL (kredit bermasalah) naik atau pendapatan yang turun," tuturnya.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar