Minggu, 31 Juli 2011

AS berkutat soal utang, Indonesia hadapi arus modal asing

JAKARTA: Perekonomian Indonesia diperkirakan tidak terlalu terpengaruh oleh keputusan apapun yang diambil parlemen Amerika Serikat (AS) menaikkan plafon utang negara tersebut.

Kepala Ekonom Bank Mandiri Destry Damayanti menuturkan jika Parlemen AS tetap tidak mengizinkan pemerintah negara tersebut menaikkan plafon utangnya, hal itu akan memunculkan gejolak sesaat di Indonesia.

“Selebihnya, tidak ada pengaruh yang signifikan. Justru, dana akan masuk ke Indonesia karena perekonomian kita, termasuk pasar finansialnya tercatat yang paling menonjol di Asia,” ujarnya hari ini.

Destry menuturkan dana asing yang masuk ke pasar modal Indonesia sebagian besar didominasi oleh pension fund (dana pensiun) yang jangka panjang. Hal itu menunjukkan para pemodal cukup yakin dengan perekonomian Indonesia untuk jangka panjang.

“Yang perlu dijaga adalah bagaimana mengendalikan inflasi. Hal ini karena belum ada sinyal yang jelas mengenai harga BBM,” lanjut Destry.

Destry juga mengungkapkan bahwa para pelaku usaha di Indonesia waktunya untuk memanfaatkan aliran modal yang masuk dengan menerbitkan instrumen investasi untuk menambah modal.

Pemerintah juga diminta untuk mendorong sejumlah BUMN melakukan go public untuk memenuhi kecukupan modal.

“Agar lebih banyak korporasi yang masuk ke pasar modal, pemerintah juga perlu menyiapkan insentif fiskal bagi perusahaan yang baru melepas sahamnya di pasar modal. Selama ini insentif masih diberikan kepada perusahaan yang melepas sahamnya ke pasar minimal 40%,” lanjut Destry.

Sementara itu, Ekonom Danareksa Purbaya Yudhi Sadewa menilai pemerintah dinilai tidak perlu membentuk protokol krisis untuk mengantisipasi gejolak pasar finansial.

Yang diperlukan saat ini adalah ketegasan aturan, bahwa pemerintah bisa mengambil langkah antisipasi terhadap krisis yang terjadi.

“Tidak perlu membuat protocol krisis, yang penting aturan yang ada bisa dijalankan, dan tidak ada kendala-kendala yang membuat pemerintah terhambat menjalankannya,” ujarnya.

Menurut Purbaya, Indonesia perlu menjaga pertumbuhan ekonominya, agar modal yang masuk bisa bertahan. Jika tidak dikelola dengan baik, modal akan keluar, dan investor akan lebih memilih memegang cash maupun emas.

Derasnya aliran modal yang masuk ke Indonesia menjadi perhatian berbagai kalangan mengenai terjadinya potensi pembalikan modal (reverse) setiap saat. (faa)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar